![]() |
| [Gambar Illustrasi Sahaja] |
Abu al-Mutharrif Sulaiman bin Shuradرضي الله عنه adalah salah seorang sahabat Rasulullahﷺ. Saat terjadi perselisihan antara Saiyidina Aliرضي الله عنه dan Saiyidina Muawiyahرضي الله عنه, ia termasuk yang bersama kelompok Saiyidina Ali bin Abu Thalib رضي الله عنه di Perang Shiffin. Ia juga turut menuntut keadilan atas terbunuhnya cucu Rasulullahﷺ, Husein bin Ali. Sulaiman wafat pada tahun 65 H di Ain al-Wardah.
Nama, kunyah, beserta nasabnya adalah Sulaiman bin Shurad رضي الله عنه bin al-Jaun bin Abil Jaun, Abul Mutharrif al-Khuza’i. Ada yang mengatakan nama aslinya adalah Yasar. Yang artinya kiri. Kemudian Rasulullahﷺ menggantinya menjadi Sulaiman bin Shurad رضي الله عنه.
(Ibnu Hajar: al-Ishabah fi Tamyiz ash-Shahabah, 3/172).
Sulaiman bin Shuradرضي الله عنه adalah seorang yang sangat dihormati di tengah kaumnya. Ia seorang yang cerdas, ahli ibadah, dan zuhud.
(Ibnu Katsir: al-Bidayah wa an-Nihayah, 8/280).
Sejarah mencatat, Sulaiman bin Shurad رضي الله عنه terhubung dengan beberapa peristiwa yang besar dalam sejarah. Peristiwa-peristiwa tersebut bisa jadi menimbulkan sangkaan yang buruk kepada beliau. Namun yang perlu diingat oleh pembaca, beliau adalah seorang sahabat Rasulullahﷺ. Kita harus berhati-hati menjaga lisan kita kepada para sahabat. Cukuplah firman Allah Ta’ala ini sebagai nasihat untuk kita semua:
تِلْكَ أُمَّةٌ قَدْ خَلَتْ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَلَكُم مَّا كَسَبْتُمْ وَلَا تُسْـَٔلُونَ عَمَّا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
“Itu adalah umat yang lalu; baginya apa yang telah diusahakannya dan bagimu apa yang sudah kamu usahakan, dan kamu tidak akan diminta pertanggungan jawab tentang apa yang telah mereka kerjakan.”
[Quran Al-Baqarah: 134]
Walaupun dikenal dengan keberaniannya, di sisi lain Sulaiman bin Shurad رضي الله عنه juga termasuk seorang yang mudah ragu. Kombinasi sifat pemberani dan peragu ini, membuat beliau salah langkah dalam peristiwa terbunuhnya cucu Sulaiman bin Shurad رضي الله عنه, Syaidina Husein bin Syaidina Ali رضي الله عنه,. Hal ini juga yang sekaligus menjadi penyesalannya.
Suatu ketika, ia menulis surat kepada Syaidina Husein bin Syaidina Ali رضي الله عنه untuk datang ke Kufah. Setibanya Syaidina Husein bin Syaidina Ali رضي الله عنه di Kufah,Sulaiman bin Shurad رضي الله عنه, ragu dan tidak mengambil sikap. Hingga saat Husein diperangi, ia tak turut serta dalam barisan pasukan yang membela Husein. Akhirnya, ia dan al-Musayyib bin Najih al-Fazari dan sekelompok orang yang merupakan Syiah nya Ali dan Husein menyesali pilihan mereka.
(Ibnu Saad: ath-Thabaqat al-Kubra, 4/292).
Untuk menebus kesalahan itu, Sulaiman bin Shurad رضي الله عنه, keluar bersama 4000 pasukan. Pasukan ini dikenal dengan al-Jaisy at-Tawwabun (Pasukan Taubat). Mereka keluar pada tahun 65 H, empat tahun setelah peristiwa terbunuhnya Syaidina Husein bin Syaidina Ali رضي الله عنه, di Karbala.
Pasukan ini bertemu dengan pasukan Bani Umayyah di tempat yang bernama Ainul Wardah. Pasukan Bani Umayyah berhasil mengalahkan mereka. Dan Sulaiman bin Shurad رضي الله عنه, pun wafat di tempat tersebut.
Meriwayatkan Hadits
Di antara hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Sulaiman bin Shurad رضي الله عنه, adalah:
Dari Sulaiman bin Shurad رضي الله عنه,, ia mengatakan,
كُنْتُ جَالِسًا مع النبيِّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ ورَجُلَانِ يَسْتَبَّانِ، فأحَدُهُما احْمَرَّ وجْهُهُ، وانْتَفَخَتْ أوْدَاجُهُ، فَقالَ النبيُّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ: إنِّي لَأَعْلَمُ كَلِمَةً لو قالَهَا ذَهَبَ عنْه ما يَجِدُ، لو قالَ: أعُوذُ باللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ، ذَهَبَ عنْه ما يَجِدُ فَقالوا له: إنَّ النبيَّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ قالَ: تَعَوَّذْ باللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ، فَقالَ: وهلْ بي جُنُونٌ.
“Aku pernah duduk bersama Rasulullahﷺ. Saat itu ada dua orang saling menghardik. Hingga salah seorang dari mereka memerah wajahnya dan tegang urat lehernya.” Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Sungguh aku tahu satu kalimat yang jika dia katakan, akan hilang kondisi yang dia rasakan sekarang. Sekiranya ia mengucapkan a’udzubillah minasy syaithon (aku berlindung kepada Allah dari setan), akan hilang kondisi kemarahannya itu.
Lalu orang-orang menyampaikan padanya, “Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, ‘Minlah perlindungan kepada Allah dari setan’. Orang itu malah menjawab, ‘Apakah aku mengalami kegilaan’?”
[HR. al-Bukhari 3282].
Hadits lainnya diriwayatkan oleh Imam at-Turmudzi.
قالَ سُلَيمانُ بنُ صُردٍ لخالدِ بنِ عُرفُطةَ أو خالدٌ لسُلَيمانَ : أما سمِعتَ رسولَ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ يقولُ : مَن قتلَهُ بطنُهُ لم يُعَذَّبْ في قبرِهِ ؟ فقالَ أحدُهُما لصاحبِهِ : نعَم
Sulaiman bin Shurad berkata kepada Khalid bin Urfuthah. Atau ucapan ini disampaikan Khalid kepada Sulaiman. “Pernahkah engkau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Siapa yang wafat karena penyakit di perutnya, ia tidak akan diadzab di kuburnya’? Salah satu dari keduanya menjawab, ‘Iya, pernah’.
[Shahih at-Turmudzi 1064].
Hadits berikutnya:
عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ صُرَدٍ قَالَ : قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” اسْتَاكُوا ، وَتَنَظَّفُوا ، وأَوْتِرُوا ، فَإِنَّ اللَّهَ وِتْرٌ يُحِبُّ الْوِتْرَ
Dari Sulaiman bin Shurad رضي الله عنه,, Rasulullahﷺ bersabda, “Bersihkanlah badan dan pakaian kalian. Kerjakanlah shalat witir. Kerana Allah itu ganjil (esa) dan menyukai yang ganjil.”
[Faidhul Qadir 967].
Diriwayatkan juga dalam Tafsir al-Qurthubi, Sulaiman bin Shurad رضي الله عنه, menyampaikan: “Tatkala orang-orang hendak melemparkan Nabi Ibrahim AS ke api, mereka mengumpulkan kayu bakar. Ada seorang wanita tua yang memanggul kayu bakar di atas punggungnya. Wanita itu berkata pada seseorang, ‘Bawa kayu ini kepada orang yang telah mencela Tuhan-Tuhan kita’.
Tatkala Nabi Ibrahim diarak menuju api, beliau berkata,
وَقَالَ إِنِّى ذَاهِبٌ إِلَىٰ رَبِّى سَيَهْدِينِ
Dan Ibrahim berkata: “Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku.”
[Quran Ash-Shaffat: 99]
قُلْنَا يَٰنَارُ كُونِى بَرْدًا وَسَلَٰمًا عَلَىٰٓ إِبْرَٰهِيمَ
Kami berfirman: “Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim”,
[Quran Al-Anbiya: 69]
Sulaiman bin Shurad رضي الله عنه,, adalah salah seorang yang mengirimi Syaidina Husein رضي الله عنه, surat namun ia meninggalkannya. Kemudian, ia bersama al-Musayyib bin Najih berangkat bersama 4000 pasukan menuntut keadilan terhadap pembunuhan Syaidina Husein رضي الله عنه.
Mereka bertemu dengan Ubaidullah bin Ziyad رضي الله عنه. dan pasukannya di Ainul Wardah. Sulaiman bin Shurad رضي الله عنه, dan orang-orang yang bersamanya terbunuh. Ia terkena panah Yazid bin al-Husein bin Numair. Kepalanya dan kepala al-Musayyib dibawa menuju Khalifah al-Marwan bin al-Hakam. Peristiwa itu terjadi di bulan Rabiul Akhir tahun 65 H. Beliau wafat di usia 93 tahun.
Semoga Allah meridhai sahabat Rasulullahﷺ, Sulaiman bin Shurad رضي الله عنه,. Walaupun ada catatan sejarah untuk beliau. Lisan kita tidak lancing berkata yang buruk tentang beliau. Namun kita tetap mendoakan beliau sebagaimana yang Allahﷻ firmankan:
وَٱلَّذِينَ جَآءُو مِنۢ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا ٱغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَٰنِنَا ٱلَّذِينَ سَبَقُونَا بِٱلْإِيمَٰنِ وَلَا تَجْعَلْ فِى قُلُوبِنَا غِلًّا لِّلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ رَبَّنَآ إِنَّكَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ
“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: “Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang”.
[Quran Al-Hasyr: 10]





No comments:
Post a Comment