بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
![]() |
| [Gambar Illustrasi Sahaja] |
ZAI D B I N HARITSAH رضي الله عنه
"Kehendak Allah, Zaid bin Haritsahرضي الله عنه tadinya adalah budak dari seorang perempuan, dan ia telah menjadi manusia yang paling aku cintai." -Muhammad Rasulullahﷺ.
Su'da binti Tsa'labah pergi untuk mengunjungi kaumnya yaitu Bani Ma'nin, dan ia ditemani seorang anaknya yang bernama Zaid bin Haritsah al-Ka'bi. Baru saja ia sampai di sana, maka pasukan berkuda Bani Qain telah menyerang sukunya clan mengambil semua harta. Mereka juga menggiring unta-unta dan menyandera beberapa tawanan. Salah seorang yang mereka tawan adalah anaknya yang bernama Zaid bin Haritsahرضي الله عنه.
Zaid -saat itu- adalah seorang anak kecil yang baru berusia sekitar 8 tahun. Lalu mereka membawa Zaid bin Haritsahرضي الله عنه ke Pasar Ukaz dan menawarkan dirinya untuk dibeli. Lalu ada seorang kaya dari pemuka Quraisy yang bernama Hakim bin Hizam bin Khuwailid membelinya dengan harga 400 dirham.
Selain dia, ada juga beberapa budak lain yang ia beli, kemudian ia bawa ke Makkah. Begitu bibinya, Khadijah binti Khuwailid, mengetahui kedatangan Hakim, bibinya mengunjungi Hakim untuk memberikan selamat dan sambutan kepadanya. Hakim berkata kepada bibinya, "Wahai Bibi, aku telah beli beberapa budak dari Pasar Ukaz. Pilihlah yang mana saja yang engkau sukai. Aku akan menghadiahkannya untukmu!"
Lalu Sayyidah Khadijah memandangi wajah para budak tadi... dan akhirnya ia memilih Zaid bin Haritsahرضي الله عنه, karena Khadijah melihat bahwa Zaid memiliki tanda-tanda kecerdasan. Ia pun membawa Zaid pulang. Tidak lama kemudian, Khadijah binti Khuwailid menikah dengan Muhammad bin Abdullah. Maka Khadijah ingin memberikan hadiah kepada suaminya, namun ia tidak menemukan sesuatu yang lebih baik daripada budaknya yang mulia bernama Zaid bin Haritsahرضي الله عنه. Maka dihadiahkanlah Zaid kepada suaminya.
Selagi budak yang beruntung ini tinggal di bawah pengawasan Muhammad bin Abdullah, ia bernasib baik dengan persahabatannya yang mulia, clan menikmati keindahan akhlak beliau. Hal sebaliknya terjadi pada ibunya yang shock karena kehilangan anaknya. Air matanya tidak pernah berhenti mengalir, ia tidak pernah berhenti bersedih dan ia tidak pernah merasa tenang. Dan hal yang lebih membuatnya berputus asa adalah ia tidak tahu, apakah anaknya masih hidup sehingga ia masih dapat berharap, ataukah sudah mati yang dapat membuatnya putus harapan.
Sedangkan ayahnya mencari Zaid di seluruh penjuru bumi. Bertanya kepada setiap kafilah tentang anaknya. Dan ia membuatkan sebuah syair kerinduan yang dapat menyayat hati yang berbunyi:
Aku menangis karena Zaid dan aku tidak tahu apa yang ia kerjakan.
Apakah ia masih hidup hingga masih dapat diharapkan,
ataukah ajal telah menjemputnya?
Demi Allah, aku tak mengerti dan aku terus bertanya.
Apakah yang memberi makan kepadamu,
adalah hamparan luas ataukah pegunungan?
Matahari senantiasa membuat aku,
selalu mengenangnya saat ia terbit.
Dan kenangan tentang dirinya kembali terulang saat ia tenggelam.
Aku akan memberitahukan unta untuk terus berjalan menyusuri bumi.
Dan aku tidak akan bosan untuk berputar mencarimu
sebagaimana unta yang tidak bosan berjalan.
Hidupku, atau harapanku tercapai ...
Setiap orang bakal binasa, meski harapan telah menipunya.
Dalam suatu musim haji , sebuah rombongan dari kaum Zaid berniat untuk datang ke Baitullah al-Haram. Saat mereka sedang berthawaf di seputar Ka'bah, mereka bertemu dengan Zaid. Mereka mengenalinya dan Zaid mengenali mereka. Mereka saling bertanya. Begitu mereka semua selesai mengerjakan manasiknya dan kembali ke kampung, mereka bercerita kepada Haritsah apa yang mereka lihat dan apa yang mereka dengar.
Maka Haritsah segera menyiapkan kendaraannya, dan ia membawa sejumlah uang untuk menebus anaknya yang menjadi buah hati dan penyejuk mata. Ia ditemani oleh seorang saudaranya yang bernama Ka'b. Keduanya berangkat segera menuju Makkah. Begitu sampai di sana, keduanya menghadap Rasulullahﷺ dan berkata,
"Wahai Ibnu Abdul Muthalib. Kalian adalah tetangga Allah yang suka membebaskan orang yang menderita, memberi makan orang yang kelaparan dan membantu orang yang kesulitan. Kami datang untuk membawa anak kami yang ada padamu, dan kami membawa sejumlah uang sebagai tebusannya. Berbaik budilah kepada kami, dan serahkan ia kepada kami jika engkau izinkan:'
Lalu Rasulullahﷺ berkata, "Siapakah anak yang kalian maksudkan itu? Mereka menjawab, "Budakrnu yang bernama Zaid bin Haritsah:'
Rasulullahﷺ berkata lagi, "Apakah kalian memiliki hal yang lebih baik dari uang tebusan?" Keduanya bertanya, "Apa itu?"
Rasulullahﷺ menjawab, ' Aku akan memanggilnya untuk berjumpa kalian. Suruhlah dia memilih untuk mengikutiku atau mengikuti kalian.
Ini terjadi pada masa Jahiliyah.
Jika ia memilih untuk ikut dengan kalian, maka bawalah ia tanpa perlu membayar apa-apa. Jika ia memilih untuk mengikutiku, demi Allah, aku tidak mempengaruhi dia saat memilih:'
Keduanya berkata, "Engkau berlaku adil dengan demikian:' Lalu Rasulullahﷺ memanggil Zaid dan bertanya kepadanya, "Siapa kedua orang ini?" Zaid menjawab, "Ini adalah ayahku, Haritsah bin Syurahil, dan ini adalah pamanku, Ka'b:'
Rasulullahﷺ berkata, ''.Aku memintamu untuk memilih, jika kau mau, kamu boleh pergi bersama mereka. Jika kamu mau, kau juga boleh tinggal bersamaku:'
Zaid menjawab -tanpa ragu dan lambat-, ''.Aku akan tinggal bersamamu."
Maka ayahnya berkata, "Celakalah kamu Zaid, apakah engkau memilih untuk menjadi seorang budak ketimbang hidup bersama ayah dan ibumu?!"
Zaid menjawab, ''.Aku mendapatkan sesuatu dari orang ini, dan aku tidak akan pernah meninggalkannya!"
Begitu Rasulullahﷺ melihat apa yang dilakukan Zaid, kemudian Rasulullahﷺ menggandeng tangan Zaid dan membawanya ke Baitullah al-Haram. Keduanya berhenti di Hijir Ismail di tengah kumpulan Bangsa Quraisy. Rasulullahﷺ berkata, "Wahai Bangsa Quraisy, saksikanlah bahwa ini adalah anakku. Ia berhak mewarisiku dan aku berhak mewarisinya:'
Maka menjadi tenanglah jiwa ayah dan pamannya. Mereka berdua membiarkan Zaid tinggal bersama Rasulullahﷺ. Lalu mereka kembali ke kampungnya dengan hati yang tenang dan damai.
Sejak saat itu, Zaid bin Haritsah mulai dipanggil dengan Zaid bin Muhammad. Ia terus menggunakan nama itu hingga Muhammad diutus sebagai Rasulullahﷺ. Islam melarang adopsi (mengangkat anak) saat turun firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
ٱدْعُوهُمْ لِـَٔابَآئِهِمْ هُوَ أَقْسَطُ عِندَ ٱللَّهِ ۚ فَإِن لَّمْ تَعْلَمُوٓا۟ ءَابَآءَهُمْ فَإِخْوَٰنُكُمْ فِى ٱلدِّينِ وَمَوَٰلِيكُمْ ۚ وَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌۭ فِيمَآ أَخْطَأْتُم بِهِۦ وَلَـٰكِن مَّا تَعَمَّدَتْ قُلُوبُكُمْ ۚ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورًۭا رَّحِيمًا ٥
" Panggilah anak-anak angkat itu dengan ber"bin"kan kepada bapa-bapa mereka sendiri; cara itulah yang lebih adil di sisi Allah. Dalam pada itu, jika kamu tidak mengetahui bapa-bapa mereka, maka panggilah mereka sebagai saudara-saudara kamu yang seugama dan sebagai "maula-maula" kamu. Dan kamu pula tidak dikira berdosa dalam perkara yang kamu tersilap melakukannya, tetapi (yang dikira berdosa itu ialah perbuatan) yang disengajakan oleh hati kamu melakukannya. Dan (ingatlah Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani".
— Abdullah Muhammad Basmeih."
(QS. al-Ahzaab: 5)
Tidak pernah tebersit di hatinya bahwa kerajaan langit akan berdiri di muka bumi yang akan memenuhi timur hingga baratnya dengan kebaikan dan keadilan. Dan Muhammad akan menjadi batu pertama dalam pembangunan kerajaan yang besar ini.
Hal ini tidak pernah terzahir di benak Zaid. Ini merupakan anugerah yang Allah berikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Allah adalah Zat Yang Memiliki anugerah yang amat besar. Hal itu kerana tidak selang lama dari peristiwa pemilihan tadi kecuali hanya beberapa tahun saja sehingga Allah mengutus Nabi-Nya yang bernama Muhammad untuk membawa agama petunjuk dan kebenaran.
Maka Zaid bin Haritsah adalah manusia pertama yang beriman kepadanya dari kalangan pria. Apakah ada kemuliaan seperti 1n1 yang dikejar oleh manusia yang berlomba untuk mendapatkannya?!
Zaid bin Haritsah adalah orang yang dipercaya untuk menyimpan rahasia Rasulullah. Ia juga adalah orang yang ditunjuk sebagai panglima delegasi dan pasukan Rasul. Dia juga salah seorang pengganti Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai penguasa Madinah, bila beliau meninggalkan kota tersebut.
Sebagaimana Zaid telah mencintai Rasulullah dan memilih beliau ketimbang ibu dan bapaknya, maka Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam juga mencintainya dan mengajak Zaid untuk hidup bersama keluarga dan anak-anak beliau. Rasul sering kali merindukan Zaid bila ia tidak ada.
Rasulullah gembira dengan kedatangannya saat ia baru kembali. Rasulullah menyambutnya dengan gembira di mana tak seorang pun yang mendapatkan kemuliaan seperti ini.
Inilah kisah Aisyah Radhiyallahu 'anha yang menggambarkan kepada kita bagaimana gembiranya Rasulullahﷺ saat berjumpa dengan Zaid. Ia menceritakan:
Zaid bin Haritsah datang ke Madinah. Rasulullahﷺ saat itu sedang berada di rumahku. Lalu Zaid mengetuk pintu, Rasul lalu berdiri menyambutnya. Beliau tidak memakai apa pun kecuali pakaian yang menutupi bagian antara pusat dan lututnya. Beliau berjalan ke arah pintu dengan menggaet bajunya.
Rasulullahﷺ lalu memeluk dan menciuminya. Demi Allah, aku belum pernah melihat Rasulullahﷺ bertelanjang sebelum dan sesudah itu:
Kisah Rasulullahﷺ mencintai Zaid telah diketahui oleh kaum Muslimin. Sehingga mereka menyebutnya dengan Zaid al-Hubb (Zaid yang dicintai), dan mereka memberinya gelar dengan nama Hibbi Rasulillah, yang berarti kesayangan Rasulullahﷺ; dan mereka memberikan nama kepada anaknya Usamah dengan Hibbi Rasulillah wa ibnu hibbihi yang berarti anak dari orang yang disayang Rasulullahﷺ.
Pada tahun ke-8 H, Allah berkehendak -Maha Suci hikmah-Nya- untuk memberikan ujian dengan memisahkan orang yang dicintai dari kekasihnya. Hal itu dimulai saat Rasulullahﷺ mengirim Al-Harits bin Umair al-Azdi untuk membawa surat kepada Raja Bushra agar ia masuk ke dalam Islam.
Begitu Al-Harits tiba di Mu'tah di daerah timur Yordania, salah seorang pemimpin Al-Ghasasinah yang bernama Syurahbil bin Amr memberikan tawaran kepada Al-Harits sehingga Al-Harits tertawan dan terbunuh.
Hal itu membuat Rasulullahﷺ terkejut, karena tidak ada utusannya yang lain sampai terbunuh. Maka Rasulullahﷺ segera mempersiapkan pasukan yang terdiri dari 3000 prajurit untuk menyerang Mu'tah. Rasulullahﷺ menunjuk untuk menjadi pemimpin pasukan ini adalah kekasihnya, Zaid bin Haritsahرضي الله عنه. Beliau bersabda,
"Jika Zaid gugur, maka kepemimpinan akan dipegang oleh Ja'far bin Abi Thalibرضي الله عنه.. Jika Ja'far bin Abi Thalibرضي الله عنه.. juga gugur, maka kepemimpinan dipegang oleh Abdullah bin Rawahah رضي الله عنه. Jika Abdullah bin Rawahah رضي الله عنه gugur, maka pasukan Muslimin harus memilih salah seorang dari mereka untuk menjadi pemimpin:'
Pasukan ini bergerak hingga tiba di Ma'an sebelah timur Yordania. Heraclius, Raja Romawi, berangkat dengan diiringi 100 ribu prajurit demi mempertahankan Al-Ghasasinah, dan ada 100 ribu kaum musyrikin Arab yang bergabung dengannya. Pasukan yang besar ini berkemah tidak terlalu jauh dari tempat pasukan Muslimin berada. Pasukan Muslimin menginap di Ma'an selama dua hari untuk bermusyawarah langkah apa yang mereka harus ambil.
Salah seorang dari mereka berkata, "Kita kirimkan surat kepada Rasulullahﷺ untuk memberitahukan beliau jumlah musuh kita dan kita tunggu perintah beliau:'
Ada yang mengatakan, "Demi Allah, wahai kaumku, kita tidak berjuang dengan jumlah, kekuatan dan banyaknya pasukan. Akan tetapi kita berjuang dengan bekal agama ini! Berangkatlah sesuai niat kalian saat berangkat!
Allah telah menjamin kalian dengan keberuntungan mendapatkan salah satu dari dua kebaikan: baik itu berupa kemenangan... atau mati sebagai syahid:'
Kemudian bertemulah kedua pasukan di bumi Mu'tah. Pasukan Muslimin membuat heran pasukan Romawi, dan membuat mereka terpesona dengan kehebatan 3000 prajurit Muslimin yang mampu menghadapi pasukan mereka yang amat besar berjumlah 200 ribu prajurit.
Zaid bin Haritsahرضي الله عنه mempertahankan panji Rasulullahﷺ dengan begitu semangat dan tidak ada dalam sejarah yang dapat menandinginya, sehingga tubuhnya tertembus 100 tombak. Ia tersungkur gugur dengan berlumuran darah. Lalu Ja'far bin Abi Thalibرضي الله عنه.. mengambil panji dari tangannya. Lalu ia mempertahankan panji tadi dengan begitu hebatnya, sehingga ia menyusul sahabatnya tadi.
Kemudian panji tersebut diambil oleh Abdullah bin Rawahah رضي الله عنه... Ia mempertahankan panji tersebut dengan begitu sengitnya sehingga kisahnya berakhir seperti kedua sahabatnya.
Maka pasukan Muslimin menunjuk Khalid bin Walid sebagai panglima mereka -saat itu ia baru masuk Islam-. Khalid menarik mundur pasukan Muslimin dan menyelamatkan mereka dari kekalahan yang telak. Rasulullahﷺ menerima kabar tentang peristiwa Mu'tah dan gugurnya ketiga panglima. Rasulullahﷺ menjadi sedih dan belum pernah beliau sesedih itu. Lalu beliau pergi ke keluarga mereka untuk memberikan bela sungkawa.
Saat beliau tiba di rumah Zaid bin Haritsahرضي الله عنه, putrinya yang masih kecil berlari ke arah beliau mencari perlindungan sambil menangis. Maka Rasulullahﷺ menangis sehingga terdengar suaranya.
Sa'ad bin Ubadah bertanya kepada beliau, ''.Apakah ini ya Rasulullah ?" Beliau menjawab, "Ini adalah tangisan seorang kekasih atas kekasihnya:'
Untuk merujuk lebih jauh tentang profil Zaid bin Haritsah silakan melihat:
1. Shahih Muslim: 7/ 1 1 3 bab Keutamaan Sahabat.
2. Jami al-Ushul min Ahadits a r -Rasul: 10/25, 26.
3. Al-Ishabah: 1/563.
4. Al-Isti'ab (dengan hamisy al-Ishabah): 1/544.
5. As-Sirah an-Nabawiyyah karya Ibnu Hisyam: (Lihat daftar isi juz ke-4).
6. Al-Bidayah wa an-Nihayah: (Dalam kisah tahun kedelapan hijriyah).
7. Hayatush Shahabah: (Lihat daftar isi juz ke-4) .
8. Shifatush Shafwah: 1/147.
9. Khazanah al-Adab karya Al-Baghdadi: 1/363.
10.2. Lihat dalam Jami al-Ushul: 10/25. Dan kisah ini juga telah ditakhrij oleh At-Tirmidzi.



No comments:
Post a Comment