Thursday, November 7, 2024

Al-Barāʾ ibn ʿĀzib al-Anṣārī رضي الله عنه



Al-Barāʾ ibn ʿĀzib al-Anṣārī رضي الله عنه (Bahasa Arab: البراء بن عازب الأنصاري; wafat 690) ialah salah seorang sahabat  Rasulullah dan perawi hadith.[1]

Dia memeluk Islam pada usia muda dan berperang di samping  Rasulullah dalam lima belas pertempuran, termasuk Perang Khaybar, dari mana dia melaporkan hadith [2] Pada tahun 645, semasa kekhalifahan Saiyidia Uthman,رضي الله عنه  dia dilantik menjadi gabenor al-Ray (di Parsi). ). Al-Barāʾ ibn ʿĀzib al-Anṣārī رضي الله عنه  akhirnya bersara ke Kūfā dan di sana dia meninggal dunia pada tahun 690.

Al-Barāʾ ibn ʿĀzib al-Anṣārī رضي الله عنه  melaporkan hadith hadith kolam Khum[4] dan juga tokoh dalam penyampaian hadith yang banyak dalam koleksi Muslim dan Bukhārī.

Ketika Saiyidina Umar Ibn Al Khattab رضي الله عنه  berada di rumah Saidatuna Fatimah Az Zahraرضي الله عنه  ,[5] al-Bara berada di dalamnya.

Al-Barāʾ ibn ʿĀzib al-Anṣārī رضي الله عنه  adalah salah satu sahabat yang setia mendampingi  Rasulullah di masa-masa awal dakwah. Al-Barāʾ ibn ʿĀzib al-Anṣārī رضي الله عنه  dikenal sebagai sahabat yang mulia. Ia juga ahli hadits yang meriwayatkan ratusan hadits.
Merangkum Barisan Pemuda Pembela  Rasulullah  Al-Barāʾ ibn ʿĀzib al-Anṣārī رضي الله عنه  adalah sahabat  Rasulullah yang lahir pada tahun kedua kenabian dan masuk Islam di usianya yang masih kecil.

Sang ayah yang bernama Azib juga merupakan sahabat  RasulullahAl-Barāʾ ibn ʿĀzib al-Anṣārī رضي الله عنه  lahir dan tumbuh di tengah lingkungan keluarga muslim yang baik.

Al-Barāʾ ibn ʿĀzib al-Anṣārī رضي الله عنه  Berguru pada  Rasulullah
 Rasulullah hijrah ke Madinah bersama beberapa sahabat dan kaum muslimin, termasuk Al Barra. Kemanapun  Rasulullahﷺ pergi, Al-Barāʾ ibn ʿĀzib al-Anṣārī رضي الله عنه  selalu mendampingi dan menemani.

Ia banyak berguru tentang Al-Qur'an dan hadits melalui  Rasulullah langsung. Kerana sering bertemu  RasulullahAl-Barāʾ ibn ʿĀzib al-Anṣārī رضي الله عنه  mampu meriwayatkan banyak hadits. Tercatat, ia mampu meriwayatkan sebanyak 305 hadits.

Al-Barāʾ ibn ʿĀzib al-Anṣārī رضي الله عنه  tumbuh menjadi sahabat yang mulia sekaligus seorang tokoh besar pada masa itu. Meskipun dekat dengan  RasulullahAl-Barāʾ ibn ʿĀzib al-Anṣārī رضي الله عنه  dikenal sebagai sahabat yang memiliki rasa rendah diri  dan kerana sangat besarnya rasa hormat pada junjungan umat Islam ini.

Pernah suatu kali, rasa hormat serta rendah diri Al-Barāʾ ibn ʿĀzib al-Anṣārī رضي الله عنه  pada  Rasulullah, ia sampai berkata: 
"Aku pernah ingin menanyakan sesuatu kepada  Rasulullah, tetapi aku menundanya hingga dua tahun karena rasa hormat kepada beliau."

Al-Barāʾ ibn ʿĀzib al-Anṣārī رضي الله عنه  memiliki pengetahuan yang mampan, tetapi ia selalu menjaga sikapnya jika berhadapan dengan ulama lain. Ia sangat berhati-hati untuk memberikan pendapat atau fatwa.

Abu Minhal رضي الله عنه  berkata, "Aku bertanya kepada Zaid bin Arqam رضي الله عنه   dan Al-Barāʾ ibn ʿĀzib al-Anṣārī رضي الله عنه  tentang alat tukar. Setiap kali aku bertanya kepada salah satu dari keduanya, ia selalu menjawab, 'Tanyakan saja pada yang lainnya, karena ia itu lebih baik dan lebih tahu daripada aku."

Suatu hari, seseorang bertanya kepada Al-Barāʾ ibn ʿĀzib al-Anṣārī رضي الله عنه  tentang maksud dari surat Al Baqarah ayat 195: "Dan janganlah kamu jatuhkan (diri sendiri) ke dalam kebinasaan dengan tangan sendiri." Apakah yang dimaksud ayat ini adalah orang yang menghadapi musuh, lalu ia menyerang hingga terbunuh? Al-Barāʾ ibn ʿĀzib al-Anṣārī رضي الله عنه  menjawab, "Bukan. Tapi, ia adalah orang yang berbuat dosa lalu berkata, 'Allah tidak akan mengampuniku."

Al-Barāʾ ibn ʿĀzib al-Anṣārī رضي الله عنه  Mengikuti Peperangan:
Selain meriwayatkan banyak hadits, Al-Barāʾ ibn ʿĀzib al-Anṣārī رضي الله عنه  juga terlibat dalam beberapa peperangan dalam membela Islam. Suatu hari Al-Barāʾ ibn ʿĀzib al-Anṣārī رضي الله عنه  mengajukan diri untuk mengikuti peperangan, saat itu usianya masih sangat muda. Perang yang hendak ia ikuti ini adalah Perang Badar pada 2 Hijriah.

Al-Barāʾ ibn ʿĀzib al-Anṣārī رضي الله عنه  bersama remaja lainnya, seperti Abdullah bin Umar رضي الله عنه  , Zaid bin Tsabitرضي الله عنه   dan lainnya, mengajukan diri kepada  Rasulullah agar diizinkan mengikuti perang.  Rasulullah kemudian mengizinkan sebagian di antara mereka dan sebagian lainnya tidak diizinkan. Al-Barāʾ ibn ʿĀzib al-Anṣārī رضي الله عنه  termasuk salah satu yang tidak mendapat izin karena usianya dianggap masih terlalu muda.

Tapi selanjutnya, ia mengikuti Perang Khandaq dan peperangan lainnya. Sejarah mencatat, Al-Barāʾ ibn ʿĀzib al-Anṣārī رضي الله عنه  ikut berperang bersama  Rasulullah sebanyak 15 kali dan bepergian sebanyak 18 kali.

Dalam buku Para Panglima Perang Islam karya Rizem Aizid, Al-Barāʾ ibn ʿĀzib al-Anṣārī رضي الله عنه  digambarkan sebagai sosok prajurit dan panglima perang yang gagah berani dalam menghadapi musuh di medan perang. Keberaniannya bahkan telah ditunjukkan sejak usianya masih sangat belia.

Penjelasan Hadits Al-Barāʾ ibn ʿĀzib al-Anṣārī رضي الله عنه  tentang Kematian – Bagian ke-1 .

Ringkasan Kajian: Penjelasan Hadits Al-Bara’ bin ‘Azib tentang Kematian (Bagian ke-1)

Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Al-Bara’ bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu, yang mana beliau berkata:

خَرَجْنَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فِي جِنَازَةِ رَجُلٍ مِنَ الْأَنْصَارِ، فَانْتَهَيْنَا إِلَى الْقَبْرِ، وَلَمَّا يُلْحَدْ، فَجَلَسَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَجَلَسْنَا حَوْلَهُ، كَأَنَّ عَلَى رُءُوسِنَا الطَّيْرَ، وَفِي يَدِهِ عُودٌ يَنْكُتُ فِي الْأَرْضِ، فَرَفَعَ رَأْسَهُ، فَقَالَ: “اسْتَعِيذُوا بِاللهِ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ مَرَّتَيْنِ، أَوْ ثَلَاثًا”.

ثُمَّ قَالَ: “إِنَّ الْعَبْدَ الْمُؤْمِنَ إِذَا كَانَ فِي انْقِطَاعٍ مِنَ الدُّنْيَا وَإِقْبَالٍ مِنَ الْآخِرَةِ، نَزَلَ إِلَيْهِ مَلَائِكَةٌ مِنَ السَّمَاءِ بِيضُ الْوُجُوهِ، كَأَنَّ وُجُوهَهُمُ الشَّمْسُ، مَعَهُمْ كَفَنٌ مِنْ أَكْفَانِ الْجَنَّةِ، وَحَنُوطٌ مِنْ حَنُوطِ الْجَنَّةِ، حَتَّى يَجْلِسُوا مِنْهُ مَدَّ الْبَصَرِ، ثُمَّ يَجِيءُ مَلَكُ الْمَوْتِ، عَلَيْهِ السَّلَامُ، حَتَّى يَجْلِسَ عِنْدَ رَأْسِهِ، فَيَقُولُ: أَيَّتُهَا النَّفْسُ الطَّيِّبَةُ، اخْرُجِي إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنَ اللهِ وَرِضْوَانٍ”.

قَالَ: “فَتَخْرُجُ تَسِيلُ كَمَا تَسِيلُ الْقَطْرَةُ مِنْ فِي السِّقَاءِ، فَيَأْخُذُهَا، فَإِذَا أَخَذَهَا لَمْ يَدَعُوهَا فِي يَدِهِ طَرْفَةَ عَيْنٍ حَتَّى يَأْخُذُوهَا، فَيَجْعَلُوهَا فِي ذَلِكَ الْكَفَنِ، وَفِي ذَلِكَ الْحَنُوطِ، وَيَخْرُجُ مِنْهَا كَأَطْيَبِ نَفْحَةِ مِسْكٍ وُجِدَتْ عَلَى وَجْهِ الْأَرْضِ”

قَالَ: “فَيَصْعَدُونَ بِهَا، فَلَا يَمُرُّونَ، يَعْنِي بِهَا، عَلَى مَلَإٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ، إِلَّا قَالُوا: مَا هَذَا الرُّوحُ الطَّيِّبُ؟ فَيَقُولُونَ: فُلَانُ بْنُ فُلَانٍ، بِأَحْسَنِ أَسْمَائِهِ الَّتِي كَانُوا يُسَمُّونَهُ بِهَا فِي الدُّنْيَا، حَتَّى يَنْتَهُوا بِهَا إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا، فَيَسْتَفْتِحُونَ لَهُ، فَيُفْتَحُ لَهُمْ فَيُشَيِّعُهُ مِنْ كُلِّ سَمَاءٍ مُقَرَّبُوهَا إِلَى السَّمَاءِ الَّتِي تَلِيهَا، حَتَّى يُنْتَهَى بِهِ إِلَى السَّمَاءِ السَّابِعَةِ، فَيَقُولُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: اكْتُبُوا كِتَابَ عَبْدِي فِي عِلِّيِّينَ، وَأَعِيدُوهُ إِلَى الْأَرْضِ، فَإِنِّي مِنْهَا خَلَقْتُهُمْ، وَفِيهَا أُعِيدُهُمْ، وَمِنْهَا أُخْرِجُهُمْ تَارَةً أُخْرَى”.

قَالَ: “فَتُعَادُ رُوحُهُ فِي جَسَدِهِ، فَيَأْتِيهِ مَلَكَانِ، فَيُجْلِسَانِهِ، فَيَقُولَانِ لَهُ: مَنْ رَبُّكَ؟ فَيَقُولُ: رَبِّيَ اللهُ، فَيَقُولَانِ لَهُ: مَا دِينُكَ؟ فَيَقُولُ: دِينِيَ الْإِسْلَامُ، فَيَقُولَانِ لَهُ: مَا هَذَا الرَّجُلُ الَّذِي بُعِثَ فِيكُمْ؟ فَيَقُولُ: هُوَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَيَقُولَانِ لَهُ: وَمَا عِلْمُكَ؟ فَيَقُولُ: قَرَأْتُ كِتَابَ اللهِ، فَآمَنْتُ بِهِ وَصَدَّقْتُ، فَيُنَادِي مُنَادٍ فِي السَّمَاءِ: أَنْ صَدَقَ عَبْدِي، فَأَفْرِشُوهُ مِنَ الْجَنَّةِ، وَأَلْبِسُوهُ مِنَ الْجَنَّةِ، وَافْتَحُوا لَهُ بَابًا إِلَى الْجَنَّةِ”.

قَالَ: “فَيَأْتِيهِ مِنْ رَوْحِهَا، وَطِيبِهَا، وَيُفْسَحُ لَهُ فِي قَبْرِهِ مَدَّ بَصَرِهِ”.

قَالَ: “وَيَأْتِيهِ رَجُلٌ حَسَنُ الْوَجْهِ، حَسَنُ الثِّيَابِ، طَيِّبُ الرِّيحِ، فَيَقُولُ: أَبْشِرْ بِالَّذِي يَسُرُّكَ، هَذَا يَوْمُكَ الَّذِي كُنْتَ تُوعَدُ، فَيَقُولُ لَهُ: مَنْ أَنْتَ؟ فَوَجْهُكَ الْوَجْهُ يَجِيءُ بِالْخَيْرِ، فَيَقُولُ: أَنَا عَمَلُكَ الصَّالِحُ، فَيَقُولُ: رَبِّ أَقِمِ السَّاعَةَ حَتَّى أَرْجِعَ إِلَى أَهْلِي، وَمَالِي”.

“Kami pernah berangkat bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengiring jenazahnya seseorang dari Kaum Anshor, dan sampailah kami di pemakaman sebelum kuburan selesai digali. Maka beliau pun duduk, dan kami duduk di sekeliling beliau (dengan sangat hikmat) hingga seakan-akan ada burung yg hinggap tenang di kepala kami, sedang tangan beliau membawa dahan yang beliau pukulkan ke tanah. Beliau kemudian menengadahkan kepalanya dan mengatakan: “Mintalah perlindungan kepada Allah dari siksa kubur! (beliau mengucapkannya dua atau tiga kali).

Lalu beliau mengatakan lagi: “Sesungguhnya seorang hamba yg mukmin, bila telah meninggalkan dunia dan pergi menuju akhirat, maka turunlah rombongan malaikat dari langit dg wajah yg putih, seakan wajah mereka adalah matahari. Mereka membawa sebuah kafan dan parfum dari surga, hingga mereka semua duduk di sisinya (yang banyaknya) hingga sejauh mata memandang. Kemudian malaikat maut -alaihissalam- datang hingga duduk di sisi kepalanya dan mengatakan: “Wahai jiwa yang baik, keluarlah untuk menyambut ampunan dan keridhoan Allah…”

Lantas ruh itu pun mengalir keluar, seperti mengalirnya tetesan air dari mulut kirbat (wadah air dari kulit), lalu malaikat maut itu mengambilnya…

Ketika ia telah mengambilnya, para malaikat yang lain tidak membiarkannya tetap dalam tangannya meski hanya sekejap, mereka langsung mengambilnya dan meletakkannya dalam kafan dan parfum tersebut, sehingga ruh itu baunya seperti minyak wangi paling harum yang ada di muka bumi…

Malaikat tersebut lantas membawa naik ruh tersebut, hingga tidaklah mereka melewati sekawanan malaikat melainkan mereka bertanya-tanya: “Ruh siapakah yang wangi ini”?… Para malaikat (yang membawa ruh tersebut) menjawab: “Ini ruhnya si A anak si B, dan mereka menyebutnya dengan sebutan terbaik yang dipergunakan orang-orang ketika di dunia. (Begitu terus), hingga mereka sampai ke langit dunia, mereka meminta dibukakan, dan langsung dibukakan… Selanjutnya setiap penjaga langit tersebut, mengantarkan mereka hingga ke langit berikutnya, hingga sampai ke langit ke tujuh… Lantas Alloh azza wajall menitahkan: “Tulislah catatan hamba-ku di ‘illiyyin dan kembalikanlah ia ke bumi, karena daripadanyalah Aku ciptakan mereka, dan ke dalamnyalah aku kembalikan mereka, serta daripadanya aku akan bangkitkan mereka lagi.

Lantas roh itu dikembalikan lagi ke jasadnya, kemudian dua malaikat mendatangi dan mendudukkannya, lalu menanyakan: “Siapa Tuhan-mu?”. Ia menjawab: “Tuhan-ku Allah”.

Keduanya bertanya lagi: “Apa Agamamu?”. Ia menjawab: “Agamaku Islam”.

Keduanya bertanya lagi: “Siapakah lelaki yang diutus kepada kalian itu?”. Ia menjawab: “Dia adalah utusan Allah shallallahu ‘alaihi wa sallam”.

Keduanya bertanya lagi: “Apa ilmu yang kau pelajari?”. Ia menjawab: “Aku membaca kitabulloh, aku mengimaninya, dan aku membenarkannya”.

Kemudian ada penyeru dari langit mengatakan: “Hambaku benar, maka hamparkanlah hamparan dari surga, pakaikanlah untuknya pakaian surga, dan bukakanlah baginya pintu menuju surga!”… Maka datanglah kepadanya angin sepoi-sepoi dan bau harumnya surga, diluaskan kuburannya sejauh mata memandang.

Lalu ia didatangi oleh laki-laki berwajah tampan, pakainya indah, dan wanginya semerbak… Laki-laki itu mengatakan kepadanya: “Bergembiralah dg kabar yang menggembirakanmu, inilah hari yg dijanjikan untukmu!”

Hamba itu bertanya: “Siapakah kamu? Wajahmu adalah wajah yang mendatangkan kebaikan”. Ia menjawab: “Aku adalah amal sholehmu”.

Hamba itu lalu mengatakan: “Wahai Tuhan-ku, segerakanlah kiamat, sehingga aku bisa kembali bersama kelurga dan hartaku!”.

Simak penjelasan selengkapnya pembahasan mengenai Renungan kematian ini di dalam rekaman kajian yang disampaikan oleh Ustadz Arman Amri, Lc. berikut ini. Semoga bermanfaat.

HADIS AL-BARA’ BIN AZIB TENTANG AZAB KUBUR

“Kami keluar bersama Nabi ﷺ membawa jenazah seorang lelaki Ansar sehingga kami pun sampai di perkuburan. Sementara menunggu jenazah dimasukkan ke dalam liang lahad, Rasulullah ﷺ pun duduk (mengadap kiblat) dan kami pun ikut duduk di sekeliling baginda seolah-olah di atas kepala kami terdapat seekor burung. Di tangan baginda ada sebatang kayu yang dengannya baginda menusuk-nusuk tanah. Baginda melihat ke langit kemudian menunduk ke tanah. Baginda memandang ke atas kemudian ke bawah sebanyak tiga kali. Kemudian baginda bersabda:

“Berlindunglah dengan Allah daripada azab kubur” (sebanyak dua atau tiga kali).

Lalu baginda berkata:

“Ya Allah, aku berlindung denganMu daripada azab kubur” (tiga kali).

Kemudian baginda bersabda:

“Sesungguhnya seorang hamba yang beriman ketika hampir berakhir kehidupan dunianya dan bermulanya kehidupan akhiratnya, turunlah kepadanya malaikat-malaikat yang putih wajahnya bagaikan matahari. Mereka datang membawa kain kapan dari syurga dan wangian mayat Syurga. Mereka kemudian duduk di depan orang itu sejauh mata memandang. Lalu datang Malaikat Maut alaihissalam dan duduk di kepalanya seraya berkata: “Wahai roh yang baik (dalam riwayat lain: jiwa yang tenang), keluarlah menuju keampunan dan keredaan Allah.

Lalu roh itu keluar mengalir bagaikan mengalirnya titisan air dari muncung bekas air dan Malaikat Maut pun mengambilnya.

Dalam riwayat lain:

Sampai ketika roh itu keluar maka seluruh malaikat antara langit dan bumi dan seluruh malaikat di langit berselawat kepadanya, dan dibuka buatnya pintu-pintu langit. Tidak ada penjaga pintu-pintu itu melainkan mereka berdoa kepada Allah agar roh itu naik dari arah (pintu) mereka.

Ketika dia (Malaikat Maut) mengambil roh itu, para malaikat yang lain tidak membiarkannya walaupun sekelip mata sehingga mereka mengambilnya dan meletakkannya dalam kain kapan serta wangian itu.
Itulah firman Allah ﷻ:

“Dia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan mereka tidak lalai” 
[Al-Quran, al-An’aam, ayat 61]

Dia keluar dari situ dalam keadaan bau aroma kasturi terharum yang ada di atas muka bumi. Mereka naik membawa roh itu dan setip kali mereka melewati sekumpulan malaikat, mereka akan berkata, “Roh siapakah yang baik ini?” Malaikat yang membawa menjawab “Ini adalah Fulan bin Fulan.” Disebutkan namanya yang terbaik yang biasa dia dipanggil ketika di dunia. Sehingga mereka tiba di langit dunia dan mereka meminta supaya dibukakan pintu untuk roh yang mereka bawa. Pintu pun dibuka buat mereka. Roh itu akan diiringi oleh semua penghuni langit itu sehingga tiba di langit yang berikutnya, sehinggalah sampai ke langit tujuh.

Maka Allah pun bertitah: “Tulislah kitab hambaKu ini dalam Illiyyin.”


“Tahukah kamu apakah itu Illiyyin? Ia kitab yang bertulis, yang disaksikan oleh para malaikat pendamping.”

 [Al-Quran, al-Mutaffifin, 19-21]


Maka ditulis kitabnya dalam Illiyyin dan dikatakan: Kembalikan dia ke bumi, kerana Aku sudah berjanji kepada mereka bahawa aku menciptakan mereka daripadanya, kepadanya Aku kembalikan mereka dan daripadanya Aku akan bangkitkan mereka semula.

Lalu dia dikembalikan ke bumi dan dimasukkan semula rohnya ke dalam jasadnya. Dia mendengar bunyi derapan kasut sahabat-sahabatnya tatkala mereka meninggalkan perkuburannya.

Setelah itu dua malaikat yang kasar bentakannya menyergah dan mendudukkannya seraya berkata “Siapa tuhanmu?”

Dia menjawab “Tuhanku Allah.”

Mereka bertanya lagi “Apakah agamamu?”

Dia menjawab “Agamaku Islam.”

Mereka bertanya lagi “Siapakah orang yang diutus untuk kalian?”

Dia menjawab “Dia adalah Rasulullah ﷺ.”

Tanya mereka lagi “Apakah amalanmu?”

Jawabnya “Aku membaca Kitab Allah, beriman dengannya dan membenarkannya.”

Mereka membentaknya dalam menanyakan siapa tuhanmu, apa agamamu dan siapa nabimu.

Itulah fitnah (ujian) terakhir yang dihadapkan kepada seorang Mukmin dan itulah yang difirmankan oleh Allah:


“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia.” 

[Al-Quran, Ibrahim, ayat 27]


Sehingga dia mampu menjawab “Tuhanku Allah, agamaku Islam dan Nabiku Muhammad ﷺ.”

Lalu kedengaran suara panggilan dari langit yang berkata “Hambaku ini telah berkata benar, maka bentangkan tilamnya daripada Syurga, pakaikan dia pakaian Syurga dan bukakan untuknya pintu menuju ke Syurga!” Sehingga dia dapat mencium keharuman bau Syurga dan diperluaskan kuburnya sejauh mata memandang.

Lalu datanglah seorang lelaki yang bagus wajahnya, bagus pakaiannya dan berbau harum yang berkata

“Bergembiralah dengan apa yang membuatmu senang. Inilah hari yang dijanjikan untukmu.”

Dia berkata kepadanya “Kamu siapa? Wajahmu ialah wajah yang datang membawa kebaikan.”

Orang itu menjawab “Aku ialah amal solehmu. Demi Allah, aku tidak mengetahui tentangmu kecuali engkau cepat melaksanakan perintah Allah dan lambat mengerjakan kemaksiatan terhadap Allah, maka Allah membalasmu dengan kebaikan.”

Kemudian dibukakan buatnya salah satu pintu Syurga dan salah satu pintu Neraka, lalu dikatakan “Ini ialah tempatmu kalau kamu bermaksiat terhadap Allah tetapi Allah telah menggantinya dengan yang ini.” Tatkala dia melihat apa yang ada di dalam Syurga dia berkata “Tuhanku, percepatkanlah Hari Kiamat, agar aku dapat kembali kepada keluargaku dan hartaku.” Dikatakan kepadanya “Bertenanglah.”

Rasulullah ﷺ selanjutnya berkata:

Sedangkan kalau yang mati itu adalah orang kafir, ketika hampir berakhir kehidupan dunianya dan bermulanya kehidupan akhiratnya, akan datang kepadanya malaikat-malaikat yang kasar lagi bengis. Mereka berwajah hitam dan mereka membawa bersama mereka pakaian daripada Neraka. Mereka duduk di hadapan orang kafir itu sejauh mata memandang. Lalu datanglah Malaikat Maut duduk di kepalanya dan berkata

“Wahai jiwa yang jelik, keluarlah menuju kemurkaan dan kebencian daripada Allah.

Lalu rohnya keluar dari jasad dan disentap umpama sabut yang berserat banyak daripada bulu domba yang basah sehingga banyak keringat dan urat-urat yang terputus bersamanya.

Dia lalu dilaknat oleh sekalian malaikat antara langit dan bumi dan setiap malaikat di langit. Pintu-pintu langit ditutup buatnya. Tidak ada pintu kecuali penjaganya akan berdoa kepada Allah agar roh itu tidak naik melewati mereka.

Ketika dia (Malaikat Maut) mengambil roh itu, para malaikat yang lain tidak membiarkannya walaupun sekelip mata sehingga mereka mengambilnya dan meletakkannya dalam pakaian neraka itu. Ketika itu keluar daripadanya bau bangkai paling busuk yang pernah ada di atas muka bumi. Mereka membawanya naik dan setiap kali mereka melewati sekumpulan malaikat mereka akan berkata, “Roh siapakah yang jelik ini?” Jawab mereka “Fulan bin Fulan.” Disebutkan nama yang paling jelik yang pernah diberikan kepadanya ketika di dunia. Sampai akhirnya mereka tiba di langit dunia dan mereka meminta supaya dibukakan pintu untuk roh yang mereka bawa tetapi tidak diperkenankan.

Lalu Rasulullah ﷺ membaca firman Allah ﷻ:


“Tidak dibuka buat mereka pintu-pintu langit dan mereka tidak akan masuk Syurga sehingga unta masuk ke dalam lubang jarum.” 

[Al-Quran, al-A’raaf, ayat 40]


Allah Azzawajalla kemudian bertitah “Tulislah buku hambKu ini dalam Sijjin dalam perut bumi yang paling bawah!”

Kemudian dikatakan “Kembalikan dia ke bumi, kerana Aku sudah berjanji kepada mereka bahawa aku menciptakan mereka daripadanya, kepadanya Aku kembalikan mereka dan daripadanya Aku akan bangkitkan mereka semula.”

Kemudian roh itu dilemparkan dari langit sampai menimpa tubuhnya. Kemudian baginda membacakan firman Allah:


“Barang siapa menyekutukan sesuatu dengan Allah, maka seolah-olah dia jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.” 

[Al-Quran, al-Hajj, ayat 31]


Maka dikembalikan roh kepada jasadnya dan dia mendengar derapan kasut teman-temannya tatkala mereka berpaling meninggalkan perkuburannya.

Selanjutnya, dia didatangi dua malaikat yang keras bentakannya yang langsung membentak dan mendudukkannya, lalu berkata “Siapakah Tuhanmu?”

Dia menjawab “Aah..aah… aku tidak tahu.”

Malaikat itu bertanya lagi “Apa agamamu?”

Dia menjawab “Aah.. aah… aku tidak tahu.”

Malaikat bertanya lagi “Apa pendapatmu tentang orang yang diutus kepada kalian ini?”

Dia tidak dapat mengetahui namanya.

Maka dikatakan kepadanya “Muhammad!”

Dia menjawab “Aah.. aah… aku tidak tahu. Aku hanya mendengar manusia mengatakan sesuatu lalu aku mengatakan hal yang sama.”

Lalu dikatakan “Kamu memang tidak tahu dan tidak membaca.”

Setelah itu kedengaran panggilan dari langit yang mengatakan, “Dia berdusta! Bentangkan buatnya tilam daripada neraka dan bukakan pintu neraka ke arahnya.”

Maka ketika itu dia merasai kepanasan bahangnya dan disempitkan buatnya kuburnya sampai tulang sendinya bersilang-silang.

Kemudian datanglah kepadanya seorang lelaki yang buruk rupanya, berpakaian jelik dan berbau busuk. Dia berkata kepadanya “Dengarlah khabar yang akan memburukkanmu, inilah hari yang dijanjikan untukmu.”

Dia berkata “Siapakah kamu?”

Orang itu menjawab “Aku ialah amal burukmu. Demi Allah, aku tidak tahu kecuali engkau lambat dalam mengerjakan ketaatan kepada Allah tetapi cepat dalam bermaksiat terhadap Allah. Maka Allah memberi ganjaran buruk kepadamu.”

Kemudian didatangkan kepadanya orang yang bisu, tuli dan di tangannya cemeti besi! Sekiranya gunung dipukul dengannya nescaya ia akan hancur menjadi tanah. Orang itu lalu memukulnya dengan sebuah pukulan sampai dia menjadi tanah. Kemudian dia dikembalikan semula seperti sebelumnya dan dipukul lagi. Dia menjerit dengan jeritan yang akan didengari oleh semua makhluk kecuali jin dan manusia. Lalu dibukakan buatnya pintu neraka dan dia pun berkata “Tuhanku, jangan Engkau datangkan Hari Kiamat.”

[Sahih. Riwayat Abu Daud]

No comments:

Post a Comment

Asim ibn Thabitرضي الله عنه,

ٱلزَّانِى لَا يَنكِحُ إِلَّا زَانِيَةً أَوْ مُشْرِكَةً وَٱلزَّانِيَةُ لَا يَنكِحُهَآ إِلّ ا زَانٍ أَوْ مُشْرِكٌ وَحُرِّمَ ذَٰلِكَ عَلَى ٱلْ...

Most Reads