Sunday, October 27, 2024

Shuhaib bin Sinan ar-Rumi رضي الله عنه,

 بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

 

[Gambar Illustrasi Sahaja]

"Perdagangan untung, ya Abu Yahya ... perdagangan untung!" Kata-Rasulullahﷺ.

Shuhaib ar-Rumi .

Siapakah di antara kita -wahai kaum Muslimin- yang tidak mengenal Shuhaib Ar-Rumi رضي الله عنه, tidak mengetahui kisah tentang dirinya dan biografinya?!

Namun yang sering tidak diketahui oleh kita adalah bahawa Shuhaib Ar-Rumi رضي الله عنه, bukanlah berasal dari Bangsa Romawi. Dia adalah orang Arab asli. Ayahnya berasal dari Bani Numair clan ibunya berasal dari Bani Tamim.

Mengapa Shuhaib Ar-Rumi رضي الله عنه, dinisbatkan kepada Bangsa Romawi, ternyata ada sebuah kisah yang senantiasa di ingat dalam sejarah clan diceritakan oleh legenda. Sekitar 2 dekad sebelum masa kenabian, ada seorang yang menjadi gubernur daerah Al-Ubullah 1 bernama Sinan bin Malik an-Numairi. Dia menjadi seorang gubernur dalam rezim Kisra Raja Persia.

Anak yang paling dicintai oleh Sinan adalah seorang anak yang belum genap berusia 5 tahun clan ia panggil dengan nama Shuhaib. Al-Ubullah adalah sebuah kota tua yang termasuk dalam ,wilayah Basrah.

Shuhaib Ar-Rumi رضي الله عنه, memiliki wajah yang ceria, rambutnya berwarna merah. Selalu aktif dan riang, dan ia memiliki dua bola mata yang memancarkan kecerdasan dan kepintaran. Ia juga merupakan bocah yang periang, memiliki jiwa yang tenang dan selalu membuat hati ayahnya merasa senang dan membuat ayahnya lupa akan segala permasalahan jabatannya.

Ibu Shuhaib Ar-Rumi رضي الله عنه, berangkat dengan membawa anaknya yang kecil dan rombongan yang terdiri dari para kerabat dan pembantunya ke sebuah kampung bernama Ats-Tsani di Negeri Irak untuk beristirahat dan berekreasi. Lalu sebuah pasukan dari tentara Romawi menyerang kampung tersebut, membunuh para penjaganya, mencuri harta clan menawan penclucluknya.

Salah seorang yang menjadi tawanan adalah Shuhaib Ar-Rumi رضي الله عنه,Shuhaib Ar-Rumi رضي الله عنه, dijual di pasar perbudakan di Negeri Romawi. Maka ia mengalami pergantian tuan, kerana selalu berpindah dari tuan yang satu kepada yang lain. Dalam kondisi demikian, ia seperti ribuan budak baru lainnya yang bertugas di istana-istana Negeri Romawi.

Shuhaib Ar-Rumi رضي الله عنه, pernah berkesempatan untuk mengenali masyarakat Romawi lebih mendalam. Ia mendapati bahwa dalam istana-istana mereka amat penuh dengan perbuatan hina dan keji. Ia mendengarkan  dengan telinganya kezaliman clan perbuatan dosa yang mereka perbuat. Maka ia pun membenci masyarakat Romawi dan menganggap mereka hina.

Ia pernah berkata bahwa masyarakat seperti ini tidak dapat disucikan kembali kecuali dengan angin topan. Meskipun Shuhaib Ar-Rumi رضي الله عنه, tumbuh dewasa di Negeri Romawi dan besar di antara penduduknya, meski ia sudah melupakan Arab, atau hampir melupakannya, akan tetapi tidak pernah sirna dalam dirinya bahwa ia adalah seorang berkebangsaan Arab yang pernah tinggal di tengah padang pasir. Kerinduannya tidak pernah pupus hingga pada hari ia dibebaskan, ia langsung menuju tanah asalnya.

Ia semakin rindu kepada negerinya Arab saat ia mendengar seorang pendeta Nasrani berkata kepada salah seorang tuannya, "Sudah dekat datangnya sebuah zaman di mana akan muncul di Makkah di Jazirah Arab seorang Nabi yang membenarkan ajaran Isa putra Maryam  dan mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya:'

Lalu Shuhaib Ar-Rumi رضي الله عنه, memiliki kesempatan untuk kabur dari perbudakan tuannya. Ia langsung menuju ke Makkah dan jantung Arab tempat diutusnya seorang Nabi yang telah dinanti-nanti.

Begitu sesampainya di sana, manusia menyebutnya dengan nama Shuhaib si Romawi kerana bahasanya yang sulit dimengerti dan rambutnya yang berwarna merah.

Kemudian Shuhaib Ar-Rumi رضي الله عنه, bergabung dengan salah seorang pembesar di Makkah yang bernama Abdullah bin Jud'an. Lalu ia bekerja sebagai seorang pedagang, maka datanglah kebaikan dan harta yang banyak pada dirinya. Meski Shuhaib Ar-Rumi رضي الله عنه, telah sibuk dengan perdagangan serta usahanya, namun ia tidak melupakan ucapan pendeta Nasrani dulu. Maka setiap ia teringat akan ucapan pendeta tersebut, ia akan bertanya pada dirinya,

"Kapankah hal ini terjadi?"

Tidak lama berselang, jawaban pun datang kepadanya. Pada suatu hari, Shuhaib Ar-Rumi رضي الله عنه, baru kembali ke Makkah dari salah satu perjalanannya. Lalu ada yang mengatakan kepadanya bahwa Muhammad bin Abdullah baru saja diutus sebagai Rasulullah, dan kini ia berdakwah kepada manusia untuk beriman kepada Allah. Mengajak mereka untuk berbuat adil dan baik. Melarang mereka berbuat keji dan mungkar.

Shuhaib Ar-Rumi رضي الله عنه, bertanya, "Bukankah dia adalah orang yang dikenal oleh penduduk Makkah dengan Al -Amin (orang yang terpercaya)?" Kemudian orang tersebut menjawab, " Ya, benar!" Shuhaib Ar-Rumi رضي الله عنه, bertanya, "Lalu, di mana tempatnya?" Orang itu menjawab, "Di rumah Al-Arqam bin Abi al-Arqam2 dekat Bukit Safa. Akan tetapi waspadalah, jangan sampai ada orang Quraisy yang melihatmu. Jika mereka melihatmu, pasti mereka akan menyiksamu.

Mereka akan menyiksamu sedangkan engkau adalah orang asing yang tidak memiliki suku dan keluarga yang dapat melindungimu.

Shuhaib Ar-Rumi رضي الله عنه, berangkat menuju rumah Al-Arqam dengan amat hati-hati. Sesampainya di sana, ia menjumpai Ammar bin Yasir di depan pintu, dan ia sudah mengenal dia sebelumnya. Shuhaib Ar-Rumi رضي الله عنه, agak berdebar-debar sejenak kemudian ia menghampirinya lalu berkata, "Apa yang hendak kau lakukan, ya Ammar?"

Ammar lalu bertanya balik, "Engkau sendiri, apa yang hendak engkau lakukan?" Shuhaib Ar-Rumi رضي الله عنه, menjawab, ''.Aku ingin menjumpai orang ini untuk mendengarkan apa yang ia katakan:' Ammar membalas, "Aku pun hendak melakukan hal yang sama:' Shuhaib Ar-Rumi رضي الله عنه, berkata, "Kalau begitu, mari kita masuk sama-sama dengan berkah Allah!"

Dia adalah putra Abdu Manaf bin Asad al-Makhzun1i. Dia termasuk orang pertama yang memeluk !slain. Rumahnya (Darus Salam) adalah pusat dakwah Rasulullah. Rasulullah menugaskan dia untuk 1nengurus harta sedekah.

Shuhaib bin Sinan ar-Rumi رضي الله عنه, dan Ammar bin Yasir menjumpai Rasulullah dan mendengarkan apa yang beliau sampaikan. Lalu cahaya keimanan terbit di hati mereka berdua. Keduanya berlomba untuk menjulurkan tangan mereka ke arah Rasulullah. Keduanya bersyahadat bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah hamba sekaligus utusan-Nya.

Keduanya menghabiskan hari mereka bersama Rasulullah untuk menyerap  petunjuk beliau dan menemani beliau sepanjang hari. Saat malam tiba dan suasana mulai tenang, keduanya keluar meninggalkan Rasulullah di kegelapan malam. Masing-masing telah membawa cahaya di dalam dada mereka yang dapat menyinari seluruh dunia.

Shuhaib bin Sinan ar-Rumi رضي الله عنه, merasakan penyiksaan dirinya yang dilakukan oleh para suku Quraisy. Bersamanya adalah Bilal, Ammar, Sumayyah, Khabbab dan lain-lain yang termasuk sepuluh orang yang dijamin masuk surga. Mereka merasakan kebengisan suku Quraisy yang jika dipindahkan ke gunung, pasti gunung tersebut akan hancur berantakan. Shuhaib bin Sinan ar-Rumi رضي الله عنه, merasakan semua penderitaan itu dengan jiwa yang tenang lagi sabar. Dan ia menyadari bahwa jalan ke surga sarat dengan penderitaan.

Begitu Rasulullah mengizinkan para sahabatnya untuk berhijrah ke Madinah, Shuhaib bin Sinan ar-Rumi رضي الله عنه, berniat untuk berangkat bersama Rasulullah dan Abu Bakar. Akan tetapi Quraisy mengetahui rencana Shuhaib bin Sinan ar-Rumi رضي الله عنه, untuk berhijrah, lalu mereka menghalangi Shuhaib bin Sinan ar-Rumi رضي الله عنه, untuk melaksanakan niatnya. 

Suku Quraisy juga memasang beberapa orang untuk memata-matai Shuhaib bin Sinan ar-Rumi رضي الله عنه, agar ia tidak lari dari mereka sehingga membawa apa yang telah ia dapatkan dari mereka lewat perdagangan berupa emas dan perak.

Setelah Rasulullah dan Abu Bakar berhijrah, Shuhaib bin Sinan ar-Rumi رضي الله عنه, menunggu-nunggu saat yang tepat untuk menyusul mereka, akan tetapi ia tidak berhasil. Hal itu dikeranakan mata para pengintai selalu mengawasi gerak-geriknya. Kerananya, ia tidak bolih  menemukan jalan kecuali dengan sebuah tipuan.

Pada suatu malam yang dingin, Shuhaib bin Sinan ar-Rumi رضي الله عنه, bolak-balik ke kamar kecil seolah-olah ia ingin buang air. Ia belum juga selesai dari buang airnya, maka ia kembali lagi ke kamar kecil. Salah seorang yang mengawasinya berkata, "Bersantailah kalian, Lata dan Uzza telah membuatnya mual-mual!" Kemudian mereka mulai merebahkan diri, dan tak lama kemudian mereka tertidur. Begitu mereka tak sadarkan diri, Shuhaib menyusup pergi dan menuju ke Madinah.

Tidak lama setelah Shuhaib bin Sinan ar-Rumi رضي الله عنه, pergi, para pengintai Shuhaib bin Sinan ar-Rumi رضي الله عنه, sadarkan diri. Mereka langsung lompat dari tidur mereka. Mereka langsung menunggangi kuda-kuda mereka. Lalu menghentakkan tali kendalinya guna menyusul Shuhaib bin Sinan ar-Rumi رضي الله عنه,.

Saat Shuhaib bin Sinan ar-Rumi رضي الله عنه, menyadari bahwa mereka menyusulnya, ia berdiri di sebuah tempat yang tinggi, lalu mengeluarkan anak panahnya dari sarung. Ia mengarahkan busur sambil berkata, "Wahai Bangsa Quraisy, Demi Allah, kalian telah tahu bahwa aku adalah orang yang paling hebat dalam memanah dan paling tepat mengenai sasaran. Demi Allah, kalian tidak akan dapat menangkapku sehingga setiap anak panah yang aku miliki dapat membunuh satu orang dari kalian. Lalu aku akan mengibaskan pedang kepada kalian, bila anak panah yang aku miliki telah habis!"

Lalu salah seorang dari Quraisy menjawab, "Demi Allah, kami tak akan membiarkan engkau berlari membawa diri dan hartamu. Engkau dulu datang ke Makkah tanpa membawa apa-apa dan dulunya engkau adalah seorang yang miskin. Sekarang engkau telah kaya dan telah mencapai posisi seperti saat 1n1.

Lalu Shuhaib bin Sinan ar-Rumi رضي الله عنه, berkata, "Bagaimana pendapat kalian bila aku tinggalkan hartaku. Apakah kalian akan membiarkan aku pergi?" Mereka menjawab: Ya !!

Kemudian Shuhaib bin Sinan ar-Rumi رضي الله عنه, menunjukkan tempat penyimpanan harta di dalam rumahnya di Makkah. Lalu Bangsa Quraisy mendatangi tempat itu dan mengambil harta Shuhaib bin Sinan ar-Rumi رضي الله عنه,. Kemudian mereka membiarkan Shuhaib berangkat.

Shuhaib bin Sinan ar-Rumi رضي الله عنه, langsung berangkat ke Madinah untuk menyelamatkan agama Allah. Ia tidak menyesal dengan harta yang telah ia berikan meskipun ia telah mengumpulkannya sepanjang umur.

Setiap kali ia merasa lelah dalam perjalanan, maka kerinduan kepada Rasulullah membuatnya kembali semangat dan meneruskan perjalanannya. Saat ia tiba di Quba,Quba adalah sebuah desa yang berjarak dua mil dari Madinah. Rasulullah melihat Shuhaib bin Sinan ar-Rumi رضي الله عنه, datang. Maka Rasulullahﷺ langsung menyambutnya dengan ramah seraya berkata,

"Perdagangan untung, ya Abu Yahya. Perdagangan untung!"   Rasulullah mengulanginya sampai tiga kali.

Maka kegembiraan tampak di wajah Shuhaib bin Sinan ar-Rumi رضي الله عنه, yang kemudian berkata, "Demi Allah, tidak ada yang mendahuluiku dalam perjalanan ini, wahai Rasulullah. Tiada yang memberi kabar kepadamu tentang kedatanganku selain Jibril:'

Benar, telah beruntung perdagangan dan benar wahyu dari langit itu. Dan ini disaksikan oleh Jibril, saat Allah menurunkan ayat tentang Shuhaib bin Sinan ar-Rumi رضي الله عنه,.  yang berbunyi: 

وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَشْرِى نَفْسَهُ ٱبْتِغَآءَ مَرْضَاتِ ٱللَّهِ ۗ وَٱللَّهُ رَءُوفٌۢ بِٱلْعِبَادِ ٢٠٧

"Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya." 

(QS. al-Baqarah: 207)



Beruntung sekali Shuhaib bin Sinan ar-Rumi رضي الله عنه,, dan ia beruntung dengan tempat kembali yang amat baik.




Untuk merujuk lebih jauh tentang profil Shuhaib ar-Rumi silakan

melihat:

1. Al-Isti'ab (dengan hamisy al-Ishabah): 2/174.

2. Thabaqat Ibnu Sa'd: 3/226.

3. Hayatus Shahabah: (Lihat daftar isi dalam juz keempat).

4. Al-Ishabah: 2/195.

5. Shifatush Shafwah: 1/ 1 69.

6. Al-Bidayah wa an-Nihayah: 7/3 18-319.

7. Usdul Ghabah: 3/30.

8. Al-A'lam dan maraji'-nya.

No comments:

Post a Comment

Asim ibn Thabitرضي الله عنه,

ٱلزَّانِى لَا يَنكِحُ إِلَّا زَانِيَةً أَوْ مُشْرِكَةً وَٱلزَّانِيَةُ لَا يَنكِحُهَآ إِلّ ا زَانٍ أَوْ مُشْرِكٌ وَحُرِّمَ ذَٰلِكَ عَلَى ٱلْ...

Most Reads