Thursday, April 24, 2025

ANAS BIN MALIKAL-ANSHARI


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ النَّبِيِّ الأُمِّيّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلم

"اللهمّ ارزقْه مالًا و ولداً، و بارك له"

(Ya Allah berikanlah ia harta don keturunan don berkahilah dirinya)." 

Doa Rasulullah baginya Anas bin Malik masih dalam usia belia saat ibunya yang bernama Al Ghumaisha' 1 mengajarkan kepadanya syahadatain (dua kalimat syahadat). Al-Ghumaisha' mengisi hati Anas untuk mencintai Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم pembawa ajaran Islam yang bernama Muhammad bin Abdillah 'alaihi afdhalus shalati wa azkas salam. Anas langsung tertarik untuk mendengarkan. Tidak mengherankan, terkadang telinga dapat membuat seseorang menjadi jatuh cinta sebelum pandangan mata menyaksikan .... Betapa anak yang masih berusia belia ini berharap untuk pergi menjumpai Nabinya yang berada di Makkah, atau Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم berkenaan untuk mengunjungi mereka di Yatsrib agar ia puas melihatnya dan bergembira karena telah berjumpa dengannya. 1. 

Ada yang berpendapat nama beliau adalah Ar-Rumaisha'. Namun nama Al-Ghumaisha' adalah pendapat yang lebih kuat karena merupakan sifat dari ibu Anas. Lihat profil dirinya dalam buku Shuwar min Hayatish Shahabiyyat karya penulis. 

Tidak lama berselang hingga di Kota Yathrib  yang beruntung ini tersebar kabar bahwa Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم dan sahabatnya yang bernama Ash-Shiddiq (Abu Bakar رَضِيَ اللهُ عَنْهُ) sedang dalam perjalanan menuju Yathrib. Maka setiap rumah menjadi ceria karenanya. Setiap relung hati manusia pun menjadi gembira dibuatnya. Semua mata dan hati manusia menjadi tertarik untuk menanti perjalanan yang disusuri oleh Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم dan sahabatnya menuju Kota Yatsrib.  Setiap pagi para remaja berteriak, "Muhammad telah datang!" Anas bersama bocah-bocah kecil lainnya berlari menuju ke sumber suara, akan tetapi ia tidak mendapati apa-apa dan akhirnya ia kembali dengan hati yang sedih. *** Di suatu pagi yang cerah dan segar, beberapa orang pria di Kota Yathrib berteriak mengatakan bahwa Muhammad Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم dan seorang sahabatnya hampir tiba di Madinah. 

Serentak beberapa orang pria dewasa bergerak menuju jalan yang disusuri oleh Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم .... Mereka semua bergegas secara berbondong-bondong, berlari menghampiri Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم dan di antara mereka juga banyak anak dalam usia belia yang dengan wajah berseri dan hati bahagia pergi menyongsong kedatangan sang Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم. Di barisan para anak yang berusia belia tersebut terdapat seorang anak yang bernama Anas bin Malik al-Anshari.Tibalah Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم beserta sahabatnya Ash-Shiddiq. Mereka berdua tiba dengan sambutan meriah yang diberikan penduduk Madinah yang penuh sesak; terdiri dari para pria dewasa dan anak-anak. Adapun para ibu clan gadis berada di atap rumah, memandang dari kejauhan datangnya sang Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم. Mereka bertanya-tanya, "Yang mana Rasul. ... Yang mana Rasul?" Hari itu menjadi sejarah .... Anas masih terus mengingatnya hingga pada usianya yang lebih dari 100 tahun. 

Baru saja Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم hendak tinggal dan menetap di Madinah, datanglah Al-Ghumaisha' binti Milhan, ibunya Anas, menghadap beliau. Al-Ghumaisha' membawa anaknya yang masih kecil yang diajak untuk menghadap Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم. Saat itu Anas رَضِيَ اللهُ عَنْهُ berambut poni dengan uraian rambut kecil yang bergerak ke kanan clan ke kiri menutupi keningnya. Lalu Al-Ghumaisha' memberikan salam kepada Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم seraya berkata, "Ya Rasulullah ... tidak ada seorang pria dan wanita pun dari suku Anshar yang menghadapmu kecuali mereka memberikan hadiah kepadamu. Aku tidak memiliki apa-apa untuk dijadikan hadiah selain anak ini saja .... Ambillah ia dan jadikanlah ia pembantu sesuka hatimu!" Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم gembira mendengarnya. Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم pun menerima Anas رَضِيَ اللهُ عَنْهُ dengan wajah yang sungguh gembira. Beliau membelai kepala Anas رَضِيَ اللهُ عَنْهُ dengan tangan beliau yang mulia. Beliau juga membelai rambut poni Anas dengan jari beliau yang lembut. Akhirnya Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم menerima Anas menjadi anggota keluarganya. 

Anas bin Malik al-Anshari Anas atau Unais -sebagaimana penduduk Madinah memanggilnya dengan panggilan manja- saat itu berusia 10 tahun saat ia mulai bahagia dapat membantu Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم. Ia terus tinggal dalam asuhan Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم hingga beliau dipanggil oleh Allah سبحانه وتعالى. Anas mendampingi Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم selama 10 tahun, di mana ia mendapatkan petunjuk langsung dari beliau untuk mensucikan dirinya. la juga menerima seluruh hadits Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم sehingga memenuhi ruang dadanya. Anas رَضِيَ اللهُ عَنْهُ juga mengetahui kondisi, cerita, rahasia dan kebiasaan terpuji beliau yang jarang diketahui oleh orang lain. Anas رَضِيَ اللهُ عَنْهُ dalam pergaulannya dengan Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم mendapatkan apa yang tidak didapat oleh seorang anak dari ayahnya. la juga menemukan dari keagungan sifat Rasul yang membuat seluruh dunia merasa iri kepadanya. 

Mari kita persilakan Anas untuk bercerita tentang beberapa kisah menarik dari pergaulannya dengan Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم yang ia dapatkan dalam asuhan beliau. Ia amat mengetahui hal ini, dan untuk menceritakannya ia amat berkompeten. Anas bin Malik رَضِيَ اللهُ عَنْهُ berkata: Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم adalah manusia yang paling baik akhlaknya, beliau adalah manusia yang paling lapang dada dan beliau adalah manusia yang paling penyayang .... Beliau pernah menyuruhku untuk membeli sesuatu dan aku pun keluar untuk membelinya. Di tengah jalan, aku berniat untuk bermain bersama para anak-anak di pasar dan aku tidak melakukan apa yang diperintahkan oleh Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم kepadaku. Saat aku sudah bertemu dengan anak-anak tadi, aku merasakan ada seorang pria yang berdiri di belakangku, dan ia menarik bajuku. Aku menoleh ke belakang, ternyata ia adalah Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم. Beliau  tersenyum seraya berujar, "Wahai Unais, apakah kau sudah melakukan apa yang aku suruh?" Aku menjadi grogi dan berkata, "Baik ... aku akan melakukannya sekarang, ya Rasulullah ... :' 

Demi Allah , aku sudah membantu beliau 10 tahun lamanya, namun atas apa yang aku lakukan sepanjang itu beliau tidak pernah berkata, "Mengapa engkau lakukan ini?" Dan beliau tidak pernah berkata atas apa yang tidak aku kerjakan, "Mengapa engkau tidak mengerjakannya?" Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم jika memanggil Anas maka beliau memanggilnya dengan panggilan manja dan kasih sayang, terkadang beliau memanggilnya dengan Unais. Kadangkala beliau memanggilnya "Anak-Ku". Seringkali Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم memberikan nasehat dan wejangan yang memenuhi relung hati dan sanubari Anas. Salah satunya adalah nasehat beliau kepada Anas: 

"Anakku, bila engkau mampu berada di pagi dan sore hari tanpa ada dengki di hatimu pada siapa pun, maka lakukanlah! Anakku, yang demikian adalah termasuk sunnahku. Barang siapa yang menghidupkan sunnahku, maka ia telah mencintaiku ... barang siapa yang mencintaiku, maka ia akan berada di surga bersamaku .... Anakku, jika engkau masuk ke dalam rumah, ucapkanlah salam, karena itu akan membawa keberkahan bagimu dan juga bagi penghuni rumahmu." 

Setelah Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم wafat, Anas bin Malik رَضِيَ اللهُ عَنْهُ masih hidup lebih dari 80 tahun lamanya. Sepanjang itu ia mengisi ruang hatinya dengan ilmu dari Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم, dan ia mencoba mengasah otaknya dengan fiqih yang diajarkan oleh beliau. Dalam masa yang sepanjang itu, Anas bin Malik al-Anshari telah banyak menghidupkan hati para  sahabat dan tabi'in2 dengan petunjuk dan ajaran Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم. Ia juga sering memberitahukan kepada orang lain sabda dan kebiasaan Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم. Dalam usia panjang yang dimilikinya ini, Anas menjadi referensi bagi kaum Muslimin saat itu. Mereka akan mengadukan permasalahan kepadanya setiap kali mereka merasakan kesulitan. Setiap kali merasa bingung memutuskan suatu persoalan hukum, mereka datang kepada Anas dan percaya atas apa yang ia putuskan. 

Salah satunya adalah sebagian orang yang memperdebatkan masalah agama tentang kebenaran adanya telaga Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلمdi hari Kiamat. Mereka bertanya kepada Anas tentang hal tersebut. Anas berkata, "Aku tidak pernah menduga bahwa aku akan hidup untuk melihat orang-orang sepertimu yang memperdebatkan masalah telaga Rasul. Telah banyak wanita-wanita tua sebelumku, di mana setiap kali ia melakukan shalat pasti ia berdoa kepada Allah agar diberikan air minum dari telaga Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم:' "Anas masih terus hidup dengan kenangan indah bersama Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم sepanjang umurnya. Ia amat bahagia di hari saat ia berjumpa dengan beliau. Ia begitu terguncang saat berpisah. Ia sering kali mengulangi pembicaraan ten tang hal tersebut.. .. Anas begitu keras untuk berusaha mencontohi Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم dalam perbuatan dan ucapannya. 

Ia menyukai apa yang disukai Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم, dan membenci apa yang beliau benci. Hal yang paling sering ia ingat saat bersama Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم adalah 2 2. 

Jika ia mengenang hari pertama ia berjumpa Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم, ia menjadi gembira dan semangat seolah ia menghirup aroma yang semerbak. Namun bila tebersit dalam benaknya hari yang kedua, ia menjadi sedih dan menangis. Malah ia mampu membuat manusia yang berada di sekelilingnya saat itu menjadi menangis. Sering kali ia berkata, ''.Aku melihat Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم saat beliau datang kepada kami, dan aku pun melihatnya saat beliau wafat. Sampai kini aku belum menemukan hari lain seperti kedua hari tersebut. Pada hari beliau datang ke Madinah, beliau mampu menerangi semuanya ... dan pada hari ia hampir melangkah menuju sisi Tuhannya, maka seolah semuanya menjadi gelap. Kali terakhir aku melihat beliau adalah hari Senin di saat tirai kamar beliau dibuka. 

Aku melihat wajah beliau seolah lembaran kertas. Saat itu semua orang berdiri di belakang Abu Bakar رَضِيَ اللهُ عَنْهُ seraya memandang ke arah beliau. Hampir saja mereka tak kuasa menahan diri. Lalu Abu Bakar memberi isyarat kepada mereka untuk tenang. Kemudian wafat lah Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم di penghujung hari itu. Kami belum pernah melihat pemandangan yang lebih menakjubkan hati kami melebihi wajah beliau saat kami mengubur jasad beliau dengan tanah:' 

Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم sering kali mendoakan Anas bin Malik. Salah satu doa beliau untuknya adalah:

"اللهمّ ارزقْه مالًا و ولداً، و بارك له"

 "Allaahummar zuqhu maalan wa waladan, wa baarik lahu (ya Allah, berikanlah ia harta c lan keturunan, clan berkahilah hidupnya):' 

Allah سبحانه وتعالى mengabulkan doa Nabi-Nya, dan Anas menjadi orang dari suku Anshar yang paling banyak hartanya. Ia memiliki keturunan yang amat ramai, sehingga bila ia melihat anak serta cucunya maka jumlahnya melebihi 100 orang. Anas bin Malik al-Anshari.  Allah سبحانه وتعالى memberikan keberkahan pada umurnya sehingga ia hidup 1 abad lamanya ditambah 3 tahun lagi. Anas  رَضِيَ اللهُ عَنْهُ senantiasa berharap syafaat Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم untuk dirinya pada hari Kiamat. 

Sering kali ia berucap, "Aku berharap dapat berjumpa dengan Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم pada hari Kiamat sehingga aku dapat berkata kepada beliau, "Ya Rasulullah, inilah pembantu kecilmu, Unais: Ketika Anas jatuh sakit dan menjelang kematiannya, ia berujar kepada keluarganya;

 "Talqinkanlah aku kalimat "Laa ilaaha illaahu, Muhammadur Rasuulullaah." Ia terus mengucapkan kalimat tadi hingga ia meninggal dunia. Ia berwasiat kepada keluarganya tentang sebuah tongkat kecil milik Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم agar tongkat tersebut dikuburkan bersamanya. Maka tongkat itu pun diletakkan di sisi tubuh dan bajunya. Selamat kepada Anas bin Malik رَضِيَ اللهُ عَنْهُ atas anugerah kebaikan yang telah Allah سبحانه وتعالى berikan kepadanya. Ia pernah hidup dalam bimbingan Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم 10 tahun lamanya. Ia juga termasuk perawi hadits Rasul terbanyak pada urutan ketiga setelah Abu Hurairah clan Abdullah bin Umar. Semoga Allah Allah سبحانه وتعالى membalas kebaikan dirinya clan ibunya yang bernama Al-Ghumaisha' atas jasa baik yang mereka lakukan terhadap Islam dan kaum Muslimin. 

Hadith-Hadith Pilihan Riwayat Sayiduna Anas Bin Malik رَضِيَ اللهُ عَنْهُ

Diriwayatkan: Anas bin Malik Dari Sahih Bukhari

Hadis No: 63

Diriwayatkan/Autoriti Anas bin Malik

Disenaraikan dalam: Pengetahuan

Ketika kami sedang duduk bersama Rasulullah di masjid, datang seorang lelaki mengendarai unta. Dia menyuruh untanya berlutut di dalam masjid, mengikat kaki depannya dan kemudian berkata: "Siapakah di antara kamu Muhammad?" Ketika itu Nabi sedang duduk di antara kami (para sahabat) sambil bersandar pada lengannya. Kami menjawab, "Orang kulit putih ini bersandar di lengannya." Sang an kemudian berkata kepadanya, "Wahai anak 'Abdul Muthalib." Nabi berkata, "Saya di sini untuk menjawab soalan anda." Lelaki itu berkata kepada Nabi, "Aku ingin bertanya kepadamu sesuatu dan akan sukar untuk ditanya. Maka jangan marah." Nabi berkata, "Mintalah apa sahaja yang kamu mahu." Lelaki itu berkata, "Aku bertanya kepadamu dengan Tuhanmu, dan Tuhan orang-orang sebelum kamu, adakah Allah telah mengutus kamu sebagai Rasul kepada seluruh manusia?" Nabi menjawab, "Demi Allah, ya." Lelaki itu berkata lagi, "Saya bertanya kepada kamu demi Allah. Adakah Allah telah memerintahkan kamu mengerjakan solat lima waktu dalam sehari semalam (24 jam). Adakah Allah telah memerintahkan kamu untuk berpuasa pada bulan tahun ini (iaitu Ramadhan)?" Dia menjawab, "Demi Allah, Ya." Lelaki itu berkata lagi, "Aku bertanya kepadamu demi Allah. Adakah Allah سبحانه وتعالى telah memerintahkan kamu untuk mengambil zakat dari orang-orang kaya kami dan membagi-bagikannya kepada orang-orang miskin kami?" Nabi menjawab, "Demi Allah, ya." Lantas lelaki itu berkata, "Aku telah beriman kepada semua yang kamu telah diutuskan, dan aku telah diutus oleh umatku sebagai utusan, dan aku adalah Dimam bin Tha'laba dari saudara-saudara Bani Sa'd."

Hadis No: 65

Diriwayatkan/Autoriti Anas bin Malik

Disenaraikan dalam: Pengetahuan

Pernah Nabi menulis surat atau mempunyai idea untuk menulis surat. Nabi diberitahu bahawa mereka (pemerintah) tidak akan membaca surat kecuali surat itu dimeteraikan. Maka Nabi mendapat sebentuk cincin perak yang diukir "Muhammad Allah's Rasul". Seolah-olah saya hanya memerhatikan kilauan putihnya di tangan Rasulullah.

Hadis No: 69

Diriwayatkan/Autoriti Anas bin Malik

Disenaraikan dalam: Pengetahuan

Nabi bersabda, "Permudahkanlah urusan manusia (dalam urusan agama), dan janganlah kamu menyusahkan mereka dan berilah mereka berita gembira dan janganlah kamu membuat mereka lari (dari Islam)."

Hadis No: 93

Diriwayatkan/Autoriti Anas bin Malik

Disenaraikan dalam: Pengetahuan

Pada suatu hari Rasulullah keluar (di hadapan orang ramai) dan 'Abdullah bin Hudhaifa berdiri dan bertanya (dia) "Siapa ayahku?" Nabi menjawab, "Ayahmu ialah Hudhaifa." Nabi menyuruh mereka berulang kali (dalam keadaan marah) untuk bertanya kepadanya apa sahaja yang mereka suka. 'Umar berlutut di hadapan Nabi dan berkata tiga kali, "Kami menerima Allah sebagai Tuhan (kami) dan Islam sebagai agama (kami) dan Muhammad sebagai Nabi (kami)." Selepas itu Nabi menjadi diam.

Hadis No: 130

Diriwayatkan/Autoriti Anas bin Malik

Disenaraikan dalam: Pengetahuan

"Pernah Mu'adz bersama Rasul Allah sebagai penunggang pendamping. Rasulullah bersabda, "Wahai Mu'adh bin Jabal." Mu'adh menjawab, "Labbaik dan Sa'daik. Wahai Rasul Allah!" Sekali lagi Nabi berkata, "Wahai Mu'adz!" Mu'adz berkata tiga kali, "Labbaik dan Sa'daik, wahai Rasul Allah!" Rasul Allah berkata, "Tidak ada seorang pun yang bersaksi dengan ikhlas bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah Rasulnya, kecuali Allah akan menyelamatkannya dari api." ! Patutkah aku memberitahu orang ramai tentangnya supaya mereka mendapat khabar gembira?" Baginda menjawab, "Apabila orang ramai mendengarnya, mereka hanya bergantung kepadanya." Kemudian Mu'adz meriwayatkan Hadis yang disebutkan di atas sebelum kematiannya, kerana takut melakukan dosa (dengan tidak memberitahu ilmu).

Hadis No: 152

Diriwayatkan/Autoriti Anas bin Malik

Disenaraikan dalam: Wuduk (Wudu')

Setiap kali Rasul Allah pergi menyahut seruan alam, saya bersama seorang lagi budak lelaki selalu menemaninya dengan segelas air. (Hisyam berkomentar, "Supaya dia membasuh kemaluannya dengannya.)"

Nombor Hadis: 154

Diriwayatkan/Autoriti Anas bin Malik

Disenaraikan dalam: Wuduk (Wudu')

Setiap kali Rasul Allah pergi untuk menyahut seruan alam, saya bersama seorang budak lelaki yang lain selalu membawa segelas air (untuk membersihkan aurat) dan 'Anza (berkepala lembing tersangkut).

Hadis No: 170

Diriwayatkan/Autoriti Anas bin Malik

Disenaraikan dalam: Wuduk (Wudu')

melihat Rasul Allah ketika solat 'Asar dan orang ramai mencari air untuk berwuduk tetapi mereka tidak menjumpainya. Kemudian (periuk berisi) air untuk berwuduk dibawa kepada Rasulullah. Baginda meletakkan tangannya ke dalam periuk itu dan memerintahkan orang ramai untuk berwuduk daripadanya. Saya melihat air keluar dari bawah jari-jarinya sehingga mereka semua berwuduk (ia adalah salah satu mukjizat Nabi).

Nombor Hadis: 216
Diriwayatkan/Autoriti Anas bin Malik
Disenaraikan dalam: Wuduk (Wudu')
Setiap kali Nabi pergi menyahut seruan alam, aku selalu membawa air yang digunakan baginda untuk membersihkan kemaluannya.

Nombor Hadis: 218
Diriwayatkan/Autoriti Anas bin Malik
Disenaraikan dalam: Wuduk (Wudu')
Nabi melihat seorang Badwi sedang membuat air di masjid dan menyuruh orang ramai supaya tidak mengganggunya. Setelah selesai, Nabi meminta sedikit air dan menuangkannya ke atas (air kencing).

Nombor Hadis: 220
Diriwayatkan/Autoriti Anas bin Malik
Disenaraikan dalam: Wuduk (Wudu')
Nabi bersabda sebagaimana hadis (219) Sahih al Bukhari.

Hadis No: 221
Diriwayatkan/Autoriti Anas bin Malik
Disenaraikan dalam: Wuduk (Wudu')
Seorang Badwi datang dan membuang air kecil di satu sudut masjid. Orang ramai menjerit kepadanya tetapi Nabi menghalang mereka sehingga dia selesai membuang air kecil. Nabi menyuruh mereka menumpahkan sebaldi air ke atas tempat itu dan mereka melakukannya.

Nombor Hadis: 264
Diriwayatkan/Autoriti Anas bin Malik
Disenaraikan dalam: Mandi (Ghusl)
Nabi dan salah seorang isterinya mandi dari satu tempayan air. (Syu'bah menambah Kenyataan Anas "Selepas Janabah")

Nombor Hadis: 282
Diriwayatkan/Autoriti Anas bin Malik
Disenaraikan dalam: Mandi (Ghusl)
Nabi pernah menziarahi semua isterinya dalam satu malam dan baginda mempunyai sembilan isteri pada masa itu.

Hadis No: 315
Diriwayatkan/Autoriti Anas bin Malik
Disenaraikan dalam: Tempoh Haid
Nabi bersabda, "Di setiap rahim Allah melantik malaikat yang berkata, 'Ya Tuhan! Setitis air mani, ya Tuhan! Segumpal darah. Ya Tuhan! Segumpal daging." Kemudian jika Allah menghendaki (menyempurnakan) kejadiannya, malaikat bertanya, (Wahai Tuhan!) Adakah lelaki atau perempuan, celaka atau yang diberkati, dan berapa banyak rezekinya? Dan berapakah umurnya?' Maka semua itu tertulis semasa anak itu masih dalam kandungan ibunya."




Untuk mengenal lebih dekat profil Anas bin Malik dapat merujuk ke: 

1. Al-Ishabah: 1/71. 

2. 3. Al-Isti'ab (hamisy al-Ishabah):  1/71. Tahdzhib at-Tahdzhib: 1/376. 

1. Al-Ishabah: 1/71. 

2. 3. Al-Isti'ab (hamisy al-Ishabah): 1/71. Tahdzhib at-Tahdzhib: 1/376. 

Sirah 65 Sahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam 4. Al-Jam'u baina ar-Rijal ash-Shahihain: 

1/35. 5. Us dul Ghabah: 1/258. 6. 

Shifatush Shafwah: 1/298. 7. 8. 9. 

Al-Ma'arif: 133. Al-'Jbar: 1/107. 

Sirah Bathal: 107. 10. Tarikh al-Islam karya Adz-Dzahabi: 3/329. 11. 

Ibnu J\.sakir: 3/ 13 9. 12. Al-Jarh wa at-Ta'dil, bagian 1 jilid 1/286. 

2 2. Tabi'in: mereka adalah generasi pertama setelah masa para sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi 1-va sallam. Para ula1na hadits n1en1bagi n1ereka menjadi beberapa tingkatan (thabaqat). Para tabi'in generasi awal adalah 111ereka yang sen1pat berjun1pa dengan kesepuluh nama sahabat yang dijamin masuk surga, dan generasi tabi'in terakhir adalah mereka yang sempat berjumpa dengan para sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang berusia muda atau para sahabat yang \.Vafat pada akhir-akhir masa .... Lihat kitab Shuwar min Hayatit Tabi'in. Sirah 65 Sahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam hari: hari pada kali pertama ia berjumpa dengan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, clan hari di mana beliau wafat. 



SAID BIN AMIRAL-JUMAHI رَضِيَ اللهُ عَنْهُ


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ النَّبِيِّ الأُمِّيّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلم

SAID BIN AMIRAL-JUMAHI رَضِيَ اللهُ عَنْهُ

"Sa'id bin 'Amir adalah seorang yang sanggup membeli akhirat dengan dunia. la adalah orang yang mendahulukan Allah dan Rasul-Nya daripada siapa pun." -Ahli sejarah Seorang pemuda bernama Sa'id bin Amir al-Jumahi adalah salah satu dari ribuan orang muallaf yang datang dari daerah Tan'im daerah luar Makkah demi memenuhi undangan para pemuka Quraisy untuk menyaksikan pembunuhan Khubaib bin Adi, salah seorang sahabat Muhammad setelah mereka berhasil menangkap Khubaib dengan cara men1punya. 

Jiwa muda dan kekuatan yang dimilikinya membuat Sa'id mampu menerobos kumpulan manusia saat itu, sehingga ia dapat berdiri sejajar dengan para pemuka Quraisy seperti Abu Sufyan bin Harb, Shafwan bin Umayyah clan lainnya yang menyaksikan pemandangan saat itu. Kesempatan itu membuat Sa'id dapat melihat para tawanan suku Quraisy yang sedang terikat. Tangan para wanita, anak-anak clan pemuda mendorong tubuh Said masuk ke arena pembunuhan, di tempat para suku Quraisy melakukan balas dendam kepada Muhammad lewat diri Khubaib, dan sebagai balas dari para anggota suku Quraisy yang mati dalam Perang Badar.

Saat kerumunan yang sesak itu sampai ke tempat pembunuhan dengan membawa tawanan, berdirilah pemuda yang bernama Sa'id bin Amir al Jumahi dengan tegaknya di hadapan Khubaib. Ia menyaksikan Khubaib berjalan ke arah kayu yang telah dipancangkan. Sa'id mendengar suara Khubaib yang tenang di antara jeritan dan teriakan para wanita dan anak anak. Khubaib berkata, "Dapatkah kalian mengizinkan aku untuk melakukan shalat dua rakaat terlebih dahulu .... ?" 

Lalu Sa'id memperhatikan Khubaib saat ia menghadap kiblat dan melakukan shalat dua rakaat. Betapa bagus dan sempurna dua rakaat shalat yang dikerjakannya. Sa'id juga memperhatikan saat Khubaib menghadap para pemuka Quraisy seraya berkata, "Demi Allah, kalau kalian tidak menduga bahwa aku akan memperpanjang shalat karena merasa takut mati, pasti aku akan memperbanyak bilangan shalat tadi:' Sa'id menyaksikan kaumnya dengan kedua mata kepalanya saat mereka memotong bagian tubuh Khubaib yang masih hidup. 

Mereka memotong setiap bagian tubuh Khubaib sambil berkata kepadanya, ''Apakah kau ingin Muhammad menggantikan posisimu ini dan engkau akan selamat kerananya?" Ia menjawab -padahal darah mengalir di sekujur tubuhnya-, "Demi Allah, aku lebih suka menjadi pengaman dan meninggalkan istri dan anakku, daripada Muhammad ditusuk dengan duri:' Maka semua manusia yang hadir saat itu mengacungkan tangan mereka ke langit, seraya berteriak sengit, "Bunuh dia ... bunuh dial" Lalu Sa'id bin Amir menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bahwa Khubaib mengangkat pandangannya ke langit dari atas tiang kayu seraya berdoa, "Allahumma ahshihim 'adadan, waqtulhum badadan, wala tughadir minhum ahadan (Ya Allah, hitunglah satu demi satu mereka semua. Bunuhlah mereka secara kejam. Janganlah kau sisakan satu orang pun dari mereka)." 

Khubaib pun menghembuskan napasnya yang terakhir. Pada tubuhnya banyak sekali bekas Iuka pedang clan tombak yang tidak bisa dihitung manusia. *** Suku Quraisy telah kembali ke Makkah, clan mereka semua sudah lupa akan bangkai tubuh clan proses pembunuhan Khubaib. Akan tetapi dalam diri seorang pemuda yang hampir baligh yang bernama Sa'id bin Amir al Jumahi, bayangan Khubaib tidak pernah hilang sesaat pun. Sa'id sering kali melihat Khubaib di kala tidur. Saat terjaga pun, Sa'id sering melihatnya dengan ilusi. Tergambar di benak Sa'id saat Khubaib melakukan shalat dua rakaat yang begitu tenang clan nikmat di depan kayu yang terpancang. 

Sa'id mendengar getaran suara Khubaib di telinganya saat Khubaib berdoa untuk kehancuran suku Quraisy. Sa'id menjadi khawatir terkena petir dibuatnya, atau takut terkena hujan batu yang jatuh dari langit karenanya. Lalu Khubaib seperti telah mengajarkan Sa'id apa yang belum diketahui sebelumnya .... Khubaib mengajarkannya bahwa hidup yang sesungguhnya adalah akidah clan jihad di jalan akidah hingga mati. Khubaib mengajarkannya bahwa iman yang mantap akan menimbulkan banyak keajaiban clan mukjizat. Khubaib juga mengajarkannya hal lain, yaitu bahwa pria yang dicintai oleh para sahabatnya dengan cinta seperti ini tiada lain adalah seorang Nabi yang didukung oleh langit. 

Pada saat itu pula, Allah Subhanahu wa Ta'ala melapangkan dada Sa'id bin Amir untuk memeluk Islam. Maka ia berjalan menghampiri kerumunan manusia dan mengumumkan keterlepasan dirinya dari perbuatan dosa yang telah dilakukan suku Quraisy, clan ia berikrar akan meninggalkan segala berhala yang pernah disembanya clan ia mengumumkan bahwa ia telah masuk Islam. 

Sa'id turut ikut berhijrah ke Madinah, dan ia senantiasa mendampingi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Ia pun turut dalam Perang Khaibar dan perang-perang lain setelah itu. Setelah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam kembali ke haribaan Tuhannya, Sa'id menjadi pedang terhunus bagi Khalifah pengganti Rasul, yaitu Abu Bakar dan Umar, dan ia menjadi satu-satunya contoh bagi orang yang beriman yang berniat membeli kehidupan akhirat dengan dunianya. Ia rela mendahulukan Allah dan pahala yang akan diberikan daripada semua keinginan nafsu syahwat badan. 

Kedua Khalifah Rasulullah mengetahui dengan baik kebenaran dan ketakwaan yang dimiliki oleh Sa'id. Mereka berdua sering mendengarkan dengan serius setiap nasehat dan ucapan Sa'id. Sa'id mendatangi Umar saat Umar baru menjadi Khalifah. Sa'id berkata kepadanya, "Wahai Umar, aku berwasiat kepadamu agar engkau takut kepada Allah dalam urusan manusia. Dan janganlah engkau takut kepada manusia dalam urusan Allah. Ucapanmu jangan pernah menyalahi perbuatanmu, sebab ucapan yang terbaik adalah yang dibenarkan oleh perbuatan .... Wahai Umar, perhatikanlah dengan baik orang yang telah Allah percayakan kepadamu urusannya dari kaum Muslimin, baik mereka yang jauh ataupun yang dekat. 

Cintailah mereka sebagaimana engkau menyayangi dirimu dan keluargamu. Buatlah mereka membenci apa yang engkau dan keluargamu benci. Goncanglah kumpulan manusia untuk menuju kebaikan, dan janganlah engkau khawatir terhadap kecaman orang selagi di jalan Allah:' Umar pun bertanya, " Siapa yang mampu melakukan itu, wahai Sa'id?" Sa'id pun menjawab, "Yang mampu melakukan itu adalah orang sepertimu yang telah diberikan Allah kepercayaan untuk mengurusi permasalahan umat Muhammad. Tidak ada lagi jarak antara orang seperti dengan Allah:' 

Sejurus kemudian Umar mengajak Sa'id untuk menjadi salah seorang pembantunya seraya berkata, "Ya Sa'id, kami mengangkatmu menjadi wali (gubernur) daerah Himsh." Lalu Sa'id menjawab, "Ya Umar, demi Allah, janganlah engkau menimpakan fitnah (ujian) kepadaku:' Umar pun menjadi be rang seraya berkata, "Celaka kalian .... Kali an meletakkan kepemimpinan ini di leherku, kemudian kalian mau lepas tangan dariku?! Demi Allah, aku tidak akan membiarkanmu:' Lalu Umar mengangkat Sa'id menjadi wali di daerah Himsh seraya bertanya, "Bolehkah kami menentukan gaji buatmu?" Sa'id menjawab, "A pa yang akan aku lakukan dengan gaji tersebut, wahai Amirul Mukminin?! Sebab gaji dari baitul maal melebihi kebutuhanku:' Dan akhirnya Sa'id pun berangkat ke Himsh.  

Sedikit sekali uang yang dibawa oleh Sa'id bin Amir hingga tiba saat datangnya beberapa orang dari penduduk Himsh yang dipercaya oleh Amirul Mukminin. Amirul Mukminin berkata kepada mereka, "Tuliskanlah nama nama orang miskin kalian sehingga dapat aku cukupkan kebutuhannya!" Mereka pun melaporkan data yang mereka miliki di dalamnya terdapat nama Fulan, Fulan clan Sa'id bin Amir. Umar bertanya kepada mereka, "Siapakah Sa'id bin Amir ini?" Mereka menjawab, "Dia adalah pemimpin kami:' Umar bertanya, "Pemimpin kalian termasuk orang yang fakir?" Mereka menjawab, "Benar, demi Allah, lama waktu berjalan namun di rumahnya tidak ada tungku api menyala:' Maka meledaklah tangis Umar hingga air matanya membasahi janggut. Kemudian beliau mengumpulkan uang sebanyak 1000 dinar clan ditaruhnya dalam sebuah ikatan seraya berkata, "Sampaikanlah salamku kepadanya clan katakan kepadanya bahwa Amirul Mukminin mengirimkan uang ini untukmu agar semua kebutuhanmu tercukupi:' 

Datanglah utusan tadi kepada Sa'id dengan barang bawaannya. Sa'id melihat bungkusan itu dan ternyata di dalamnya terdapat banyak uang dinar. Ia menolaknya seraya berkata, "Jnnaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun -seolah ia terkena musibah- kemudian datanglah istrinya tergopoh-gopoh sambil bertanya, ''Ada apa wahai Sa'id, apakah Amirul Mukminin telah wafat?" Sa'id menjawab, "Bahkan lebih dahsyat dari itu:' Istrinya bertanya lagi, ''Apa yang lebih dahsyat dari itu ?" Ia menjawab, "Dunia sudah merasuki diriku untuk merusak akhiratku. Dan kini fitnah sudah menyebar di rumahku:' Istrinya berkata, "Kalau begitu, campakan saja hal itu -padahal istrinya tidak tahu tentang uang dinar tadi-:' Sa'id bertanya, "Maukah kamu menolongku untuk melakukannya?" Istrinya menjawab, "Ya:' Maka Sa'id mengambil uang dinar tadi dan ia membaginya dalam beberapa bungkusan kemudian ia bagikan kepada kaum Muslimin yang fakir. 

Tidak lama berselang, datanglah Umar Radhiyallahu 'anhu ke beberapa daerah di Syam untuk memeriksa kondisi penduduknya. Saat ia tiba di Himsh -dan daerah ini disebut Al-Kuwaifah sebagai panggilan kecil bagi Kota Kufah, dan untuk mempersamakan daerah Himsh dengan Kufah karena banyaknya penduduk yang mengeluhkan kinerja para pegawai dan wali di wilayah mereka sebagaimana yang sering terjadi di Kufah-, beberapa penduduk menghampiri Umar untuk memberikan sambutan terhadapnya. Lalu Umar bertanya kepada mereka, "Bagaimana pendapat kalian tentang Amir (pemimpin) di sini?" Mereka mengadukan keluhan kepada Umar dan mereka menyebutkan empat kekurangan Amir mereka, setiap satu masalah lebih besar dari lainnya. Umar bercerita, "Maka aku pun mengumpulkan Amir mereka yaitu Sa'id bin Amir dengan orang-orang tadi. Dan aku berdoa kepada Allah agar dugaanku tidak dibuat salah, karena aku menaruh kepercayaan besar kepada Sa'id. 

Saat mereka dan pemimpinnya sudah tiba menghadapku, aku bertanya, ''Apa yang kalian keluhkan dari Amir kalian ?" Mereka menjawab, "Ia tidak keluar bekerja sehingga hari sudah amat siang:' Aku bertanya, ''Apa komentarmu dalam hal ini, wahai Sa'id?" Ia terdiam sejenak lalu berkata, "Demi Allah, tadinya aku tidak mau mengatakan hal ini. Namun karena ini harus disampaikan maka aku pun akan menceritakannya. Aku tidak punya pembantu di rumah. Setiap kali aku bangun di pagi hari, maka aku harus menumbuk gandum untuk keluargaku. Kemudian aku harus mengaduknya dengan perlahan sehingga ia menjadi ragi. Lalu aku buatkan roti untuk keluargaku. Kemudian aku berwudhu dan keluar untuk mengurusi permasalahan manusia:' 

Umar bertanya, "Lalu apa lagi yang kalian keluhkan terhadapnya?" Mereka menjawab, "Ia tidak mau melayani seorang pun pada waktu malam:' Umar bertanya, "Apa komentarmu dalam hal ini, wahai Sa'id?" Ia menjawab, "Demi Allah, sungguh aku juga sungkan untuk menceritakan hal ini ... aku telah membagi waktu siangku untuk berkhidmat dalam urusan mereka, dan waktu malamku untuk Allah Subhanahu wa Ta'ala:' 

Umar bertanya lagi, 'J\.pa lagi yang kalian keluhkan darinya?" Mereka menjawab, 'J\.da satu hari dalam sebulan di mana ia tidak keluar untuk mengurusi kami:' Umar bertanya, 'J\.pa maksudnya ini, wahai Sa'id?" Ia menjawab, 'J\.ku tidak memiliki pembantu, wahai Amirul Mukminin. Dan aku tidak memiliki baju kecuali yang sedang aku pakai ini. Aku mencucinya sebulan sekali dan aku menunggunya hingga kering. Dan pada penghujung hari, baru aku dapat keluar menemui mereka:' 

Umar bertanya lagi, 'J\.pa lagi yang kalian keluhkan darinya?" Mereka menjawab, "Sering kali ia hilang kesadaran, sehingga ia tidak mengenali orang yang berada di sekelilingnya:' Umar bertanya, 'J\.pa maksudnya hal ini, ya Sa'id?!" Ia menjawab, 'J\.ku menyaksikan pembunuhan Khubaib bin Adi pada saat itu aku musyrik, dan aku melihat para penduduk Quraisy memotong jasadnya dan mereka bertanya kepada Khubaib, J\.pakah kau ingin Muhammad menggantikanmu di sini?' Ia menjawab, 'Demi Allah, aku tidak suka merasa aman dengan istri dan anakku, padahal Muhammad sedang dicucuk dengan duri ... : Dan aku selalu teringat akan hari itu dan mengapa aku tidak menolongnya sehingga aku menduga bahwa Allah tidak mengampuniku ... maka aku pun hilang kesadaran karenanya:' Saat itu Umar langsung berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah membuat dugaanku kepadanya tidak rusak:'

Kemudian Umar mengirimkan 1000 dinar untuknya agar dapat memenuhi segala kebutuhannya. Begitu istri Sa'id melihat uang tersebut, ia berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah mencukupkan kami lewat khidmat yang kau berikan. Belilah segala kebutuhan hidup kita. Dan carilah seseorang yang mau diupah sebagai pembantu!" Sa'id berkata kepada istrinya, ''Apakah kau punya sesuatu yang lebih baik dari itu?" Istrinya bertanya, ''Apakah itu?" Sa'id berujar, "Kita kembalikan lagi kepada orang yang membawanya, dan hal itu lebih kita butuhkan?" Istrinya bertanya lagi, ''Apakah itu?" Ia menjawab, "Kita pinjamkan uang tersebut kepada Allah sebagai qardhan hasanan (pinjaman yang baik):' Istrinya menanggapi, "Benar. Dan engkau akan dibalas dengan kebaikan karenanya:' 

Setelah ia meninggalkan majelis maka ia membagikan uang dinar tersebut dalam beberapa bungkus dan ia berkata kepada salah seorang anggota keluarganya, "Bawalah ini kepada janda Fulan, yatim Fulan, si miskin Fulan dan si fakir Fulan:' Semoga Allah meridhai Sa'id bin Amir al-Jumahi. Beliau adalah salah seorang sosok yang mampu mendahulukan kepentingan orang lain, meski ia berada dalam kondisi yang mendesak. Untuk dapat mengenal sosok Sa'id bin Amir al-Jumahi lebih jauh dapat merujuk ke: 


Untuk dapat mengenal sosok Sa'id bin Amir al-Jumahi lebih jauh dapat merujuk 

Rujukan:

1.ke: 1. 2 3. 5. 6. Tahdzib at-Tahdzib: 4/51. 

2.Ibnu :Asakir: 6/1 45-147. 

3.Sifatush Shafwah 1/273. 

4. Hilliyatul Auliya ': 1/244. 

5.Tarikh al-Islam: 2/35. 

6) Al-Ishabah: 2/48 atau profil 3270. 

7). Nasabu Quraisyin: 399. 

Sunday, April 20, 2025

Mus'ab Ibn 'Umairرضي الله عنه - The First Envoy of Islam

{Gambar Hiasan]

Lelaki ini dari kalangan Sahabat Rasulullahصَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ, alangkah baiknya kita mulakan dengannya. Dia adalah bunga Quraisy yang paling tampan dan awet muda! Ahli sejarah dan perawi menyifatkan beliau sebagai "orang Makkah yang paling menawan".

Dia dilahirkan dan dibesarkan dalam kekayaan, dan dia membesar dengan kemewahannya. Mungkin tidak ada anak lelaki di Makkah yang dimanjakan oleh ibu bapanya seperti Mus'ab Ibn 'Umairرضي الله عنه  . Pemuda yang riang ini, dibelai dan dimanjakan, pembicaraan wanita-wanita Makkah, permata kelab-kelab dan perhimpunannya: mungkinkah dia menjadi salah seorang legenda iman?

Demi Allah, betapa menariknya sebuah kisah, kisah Mus'ab Ibn 'Umairرضي الله عنه atau Mus'ab yang Baik, sebagaimana dia digelar di kalangan umat Islam! Dia adalah salah seorang yang dibuat oleh Islam dan diasuh oleh Rasulullahصَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ,.

Tetapi siapakah dia? Kisahnya adalah kebanggaan semua manusia. Pemuda itu mendengar suatu hari apa yang penduduk Makkah mula mendengar tentang Muhammad Rasulullahصَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ,  yang Benar, bahawa; Allah telah mengutusnya sebagai pembawa berita gembira dan pemberi amaran untuk menyeru mereka kepada menyembah Allah Tuhan Yang Esa. Apabila Makkah tidur dan bangun tidak ada pembicaraan lain selain Rasulullahصَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ, dan agamanya, dan budak manja ini adalah salah seorang pendengar yang penuh perhatian. Itu kerana, walaupun dia masih muda, bunga kelab dan perhimpunan, rupa zahir kebijaksanaan dan akal fikiran adalah antara sifat Musab Ibn 'Umairرضي الله عنه.

Dia mendengar bahawa Rasulullahصَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ, dan orang-orang yang beriman kepadanya sedang bertemu jauh dari pembesar-pembesar dan orang-orang besar Quraisy atAs-Safaa di rumah Al-Arqam Ibn Al-Arqam (Daar Al-Arqam). Dia tidak membuang masa. Dia pergi pada suatu malam ke Dar Al-Arqam, dengan rasa rindu dan cemas. Di sana Rasulullah صَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ, sedang bertemu dengan para sahabatnya, membacakan Al-Quran kepada mereka dan berdoa bersama mereka kepada Allah Yang Maha Tinggi. Mus'ab hampir tidak duduk dan merenung ayat-ayat Al-Quran yang dibacakan oleh Rasulullahصَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ,) apabila hatinya menjadi hati yang dijanjikan pada malam itu.

Keseronokan itu hampir melemparkan dia dari tempat duduknya kerana dia dipenuhi dengan ekstasi liar. Tetapi Rasulullah صَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ menepuk jantungnya yang berdebar-debar dengan tangan kanannya yang diberkati, dan keheningan kedalaman lautan memenuhi hatinya. Dalam sekelip mata, pemuda yang baru sahaja beragama Islam itu kelihatan lebih bijak daripada usianya dan keazaman yang akan mengubah peredaran zaman!

Ibu Musab Ibn 'Umairرضي الله عنه ialah Khunaas Bint Malik, dan orang ramai takut kepadanya hampir ke tahap ketakutan kerana dia mempunyai peribadi yang kuat. Apabila Musab Ibn 'Umairرضي الله عنه masuk Islam, dia tidak berhati-hati sebelum ini dan tidak takut kepada sesiapa pun di muka bumi ini kecuali ibunya. Sekalipun Makkah, dengan segala berhala, bangsawan, dan padang pasirnya menantangnya, dia akan menentangnya. Bagi perselisihan dengan ibunya, ini adalah satu kengerian yang mustahil, maka dia berfikir dengan cepat dan memutuskan untuk merahsiakan keislamannya sehingga Allah menghendaki. Dia terus ke Dar Al-Arqam dan mengambil pelajaran daripada Rasulullah صَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ. Dia berpuas hati dengan imannya dan mengelakkan kemarahan ibunya, yang tidak mempunyai pengetahuan tentang dia memeluk Islam.

Walau bagaimanapun, Makkah pada masa itu tidak merahsiakan, kerana mata dan telinga Quraisy berada di mana-mana, sangat berjaga-jaga dan memeriksa setiap tapak kaki di pasirnya yang panas. Suatu ketika, "Uthman bin Talhah melihatnya terus-menerus memasuki rumah Al-Arqam, kemudian dia melihatnya untuk kedua kalinya mengerjakan sembahyang seperti Muhammad Rasulullah صَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ . Tidak lama dia melihatnya, dia berlari dengan cepat membawa berita itu kepada ibu Mus'ab, yang terkejut dengannya.

Musab Ibn 'Umairرضي الله عنه berdiri di hadapan ibunya, orang ramai, dan para pembesar Makkah yang berkumpul di sekelilingnya, memberitahu mereka kebenaran yang tidak dapat disangkal dan membaca al-Quran yang dengannya Rasulullah صَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ membersihkan hati mereka dan memenuhi mereka dengan kehormatan, kebijaksanaan, keadilan, dan ketakwaan.

Ibunya mengarahkan pukulan berat kepadanya, tetapi tangan yang dimaksudkan sebagai anak panah itu tidak lama kemudian tunduk kepada cahaya yang kuat yang meningkatkan sinaran wajahnya dengan kemuliaan yang tidak bersalah kerana menuntut penghormatan dengan keyakinan yang tenang. Bagaimanapun, ibunya, di bawah tekanan keibuannya, menyelamatkannya daripada pemukulan dan kesakitan, walaupun dalam kuasanya untuk membalas dendam tuhan-tuhannya yang telah ditinggalkannya. Sebaliknya dia membawanya ke rumahnya yang kasar dan mengurungnya di dalamnya. Dia membelenggunya dan memenjarakannya di sana sehingga dia mendengar berita hijrah (hijrah) beberapa orang mukmin ke Habsyah. Dia berfikir sendiri dan dapat menipu ibunya dan pengawalnya, lalu melarikan diri ke Habsyah.

Di sana dia tinggal di Habsyah bersama rakan-rakan hijrahnya dan kemudian kembali bersama mereka ke Makkah. Dia juga berhijrah ke Habsyah untuk kedua kalinya bersama para Sahabat yang Rasulullah صَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ nasihatkan untuk berhijrah dan mereka taati. Tetapi sama ada Musab Ibn 'Umairرضي الله عنه berada di Habsyah atau Makkah, pengalaman imannya mewartakan dirinya di semua tempat dan pada setiap masa.

Musab Ibn 'Umairرضي الله عنه menjadi yakin bahawa hidupnya telah menjadi cukup baik untuk dipersembahkan sebagai korban kepada Pencipta Yang Maha Esa dan Maha Pencipta. Dia keluar dengan satu tekad yang kuat.'" beberapa orang Muslim sedang duduk mengelilingi Rasulullah صَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ; dan tidak lama mereka melihatnya, mereka menundukkan kepala mereka dan menitiskan air mata kerana mereka melihat baginda memakai pakaian yang usang. Mereka telah terbiasa dengan penampilannya yang dahulu sebelum dia menjadi seorang Muslim, sedangkan pakaiannya telah seperti bunga taman, elegan dan harum.

Rasulullah صَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ melihatnya dengan mata kebijaksanaan, bersyukur dan penyayang, dan bibirnya tersenyum anggun sambil berkata, "Saya melihat Musab Ibn 'Umairرضي الله عنه di sini, dan tidak ada seorang pemuda di Makkah yang lebih dibelai oleh ibu bapanya daripada dia. Kemudian dia meninggalkan semua itu kerana cinta kepada Allah dan Rasul-Nya!"

Ibunya telah menahan daripadanya segala kemewahan yang telah dikuasainya, apabila ibunya tidak dapat mengembalikannya kepada agamanya. Dia enggan mengizinkan sesiapa yang telah meninggalkan tuhan mereka memakan makanannya, walaupun dia adalah anaknya. Hubungan terakhirnya dengannya adalah ketika dia cuba memenjarakannya untuk kali kedua selepas dia kembali dari Habsyah, dan dia bersumpah bahawa jika dia berbuat demikian, dia akan membunuh semua orang yang datang membantunya untuk mengurungnya. Dia tahu kebenaran tekadnya apabila dia berniat dan memutuskan untuk melakukan sesuatu, jadi dia mengucapkan selamat tinggal kepadanya sambil menangis.

Saat perpisahan mendedahkan kepatuhan yang aneh kepada kekafiran di pihak ibunya, dan kepatuhan yang lebih besar kepada iman di pihak anaknya. Ketika dia berkata kepadanya, sambil mengusirnya keluar dari rumahnya, "Pergilah, aku bukan lagi ibumu," dia mendekatinya dan berkata, "Wahai ibu, aku menasihatimu dan hatiku bersamamu, sila saksikan bahawa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad Rasulullah صَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ adalah hamba dan utusan-Nya." Dia menjawab kepadanya, dengan marah mengamuk, "Demi bintang-bintang, aku tidak akan sekali-kali memasuki agamamu, untuk merendahkan martabatku dan melemahkan pancainderaku!"

Maka Musab Ibn 'Umairرضي الله عنه meninggalkan kemewahan besar yang dilaluinya selama ini. Dia menjadi puas dengan kehidupan yang sukar yang tidak pernah dilihatnya sebelum ini, memakai pakaian yang paling kasar, makan satu hari dan lapar lagi. Semangat ini, yang berlandaskan iman yang paling kuat, dihiasi dengan cahaya Allah, menjadikannya seorang lelaki lain, seorang yang menarik perhatian jiwa-jiwa besar yang lain.

Ketika dia berada dalam keadaan ini, Rasulullah صَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ menugaskan baginda dengan misi terbesar dalam hidupnya, iaitu menjadi utusan baginda ke Madinah. Misinya adalah untuk mengajar orang-orang Ansar yang beriman kepada Rasulullah صَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ dan telah membaiatnya di qabah, untuk menyeru orang lain kepada Islam, dan untuk menyediakan Al-Madiinah untuk hari Hijrah yang besar. Ada di kalangan para Sahabat Rasulullah صَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ pada masa itu yang lain yang lebih tua daripada Mus'ab dan lebih terkemuka dan lebih dekat dengan Rasulullah صَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ melalui hubungan kekeluargaan. Tetapi Rasulullah صَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ memilih Musab Ibn 'Umairرضي الله عنه yang Baik, kerana mengetahui bahawa dia mempercayakan kepadanya tugas yang paling penting pada masa itu, meletakkan ke dalam tangannya takdir Islam di Al-Madinah. Kota Al-Madiinah yang bercahaya ditakdirkan menjadi rumah Hijrah, batu loncatan pendakwah Islam dan pembebas masa depan.

Mus'ab adalah sama dengan tugas dan amanah yang Allah berikan kepadanya dan dia dilengkapi dengan fikiran yang cemerlang dan budi pekerti yang mulia. Baginda memenangi hati orang Madinah dengan ketakwaan, kejujuran dan keikhlasannya. Maka mereka memeluk agama Allah dengan berbondong-bondong. Pada masa Rasulullah صَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ Rasulullah صَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَmenghantarnya ke sana, hanya dua belas orang Islam yang telah membaiat Rasulullah صَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ di 'Aqabah. Dia hampir tidak menyelesaikan beberapa bulan ketika mereka menjawab panggilan Allah dan Rasulullah صَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ. Pada musim haji berikutnya, orang Islam Madinah menghantar delegasi 70 orang beriman lelaki dan perempuan ke Makkah untuk bertemu Rasulullah صَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ.

Mereka datang bersama guru mereka dan utusan Nabi mereka, Musab Ibn 'Umairرضي الله عنهMusab Ibn 'Umairرضي الله عنه telah membuktikan, dengan akal budi dan kecemerlangannya, bahawa Rasulullah صَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ tahu cara memilih utusan dan guru baginda.

Musab Ibn 'Umairرضي الله عنه telah memahami misinya dengan baik. Dia tahu bahawa dia adalah penyeru kepada Allah dan penyeru agama-Nya, yang menyeru manusia kepada petunjuk yang benar dan jalan yang lurus. Seperti Rasulullah صَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ yang diyakininya/ dia tidak lebih daripada penyampai risalah. Di sana dia berdiri teguh, dengan As'ad Ibn Zarurah sebagai tuan rumah, dan mereka berdua biasa mengunjungi suku, tempat tinggal, dan majelis, membacakan kepada manusia apa yang dia miliki dari Kitab Allah, menanamkan dalam diri mereka bahawa Allah tidak lebih dari Tuhan Yang Satu.

Dia telah menghadapi keadaan tertentu, yang boleh menamatkan hidupnya dan orang-orang yang bersamanya tetapi kerana fikirannya yang aktif, cerdas, dan hebat. Pada suatu hari, dia terkejut ketika berdakwah kepada orang ramai mendapati Usaid Ibn Hudair, ketua suku 'Abd Al-Ashhal, di Madinah sedang berhadapan dengannya dengan anak panah yang dilukis.

Dia mengamuk dengan kemarahan dan kebencian terhadap orang yang datang untuk merosakkan agama kaumnya dengan menyuruh mereka meninggalkan tuhan-tuhan mereka dan bercakap dengan mereka tentang idea hanya Tuhan Yang Esa yang mereka tidak kenali sebelumnya dan tidak pernah mendengarnya. Dewa-dewa mereka menjadi pusat penyembahan mereka kepada mereka. Setiap kali mana-mana daripada mereka memerlukan mereka, dia tahu tempat mereka. Mereka akan meminta mereka untuk membantu. Begitulah cara mereka berfikir dan membayangkan!

Adapun Tuhan Muhammad, yang kepadanya utusan ini dipanggil, tiada seorang pun yang tahu tempat-Nya, dan tidak seorang pun dapat melihat-Nya! Ketika orang-orang Islam yang duduk di sekeliling Musab Ibn 'Umairرضي الله عنه, melihat Usaid Ibn Hudair maju dalam kemarahannya yang tidak terkendali, mereka ketakutan, tetapi Musab Ibn 'Umairرضي الله عنه yang Baik itu berdiri teguh. Usaid berdiri di hadapannya dan As'ad Ibn Zurarah berteriak, "Apa yang membawa kamu ke sini? Adakah kamu datang untuk merosakkan iman kami? Pergilah jika kamu ingin diselamatkan!"

Dan seperti ketenangan laut dan kekuatannya, Musab Ibn 'Umairرضي الله عنه memulakan ucapannya yang baik dengan berkata, "Tidakkah kamu duduk dan mendengar? Jika kamu menyukai perkara kami, kamu boleh menerima; dan jika kamu tidak menyukainya, kami akan menghindarkan kamu daripada apa yang kamu benci."

Allah Maha Besar! Betapa besar pembukaan yang pengakhirannya akan menyenangkan! Usaid adalah seorang yang bijaksana dan pandai, dan di sini dia melihat Musab Ibn 'Umairرضي الله عنه mengajaknya untuk mendengar dan lebih banyak lagi, Jika dia yakin dia akan menerimanya/ dan jika dia tidak yakin/ maka Musab Ibn 'Umairرضي الله عنه  akan meninggalkan kawasan kejiranan dan klannya/ dan berpindah ke kawasan kejiranan lain tanpa dicederakan/ atau dicederakan. Di sana dan kemudian Usaid menjawab bahawa dia adalah adil," dan dia akan turun dengan berkata, "Kami akan turun," katanya. mendengar.

Mus'ab hampir tidak membaca Al-Quran, menjelaskan misi Muhammad Ibn 'Abd ullah, [Rasulullah صَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ] datang/ apabila hati nurani Usaid mula bersih dan cerah serta berubah dengan keberkesanan kata-kata itu. Dia menjadi terharu dengan keindahannya. Apabila Musab Ibn 'Umairرضي الله عنه  selesai bercakap, Usaid Ibn Hudair berseru kepadanya dan orang-orang yang bersamanya/ "Alangkah indahnya ucapan ini, dan sungguh benar! Bagaimana seseorang boleh masuk agama ini?" Musab Ibn 'Umairرضي الله عنه  menyuruhnya menyucikan badan dan pakaiannya dan berkata, "Aku bersaksi bahawa tiada Tuhan selain Allah."

Usaid bersara untuk beberapa lama dan kemudian kembali menuangkan air bersih ke atas kepalanya dan berdiri di sana sambil menyatakan, "Saya bersaksi bahawa tiada Tuhan selain Allah/ dan bahawa Muhammad adalah utusan Allah."

Berita itu tersebar seperti kilat dan kemudian Sa'd Ibn Muaadh datang dan mendengar dari Musab Ibn 'Umairرضي الله عنه , dan dia yakin dan memeluk Islam. Kemudian datang Sa'd Ibn 'Ubadah.

Di sana dan kemudian keberkatan datang dengan mereka masuk Islam. Penduduk Madinah berkumpul dan bertanya satu sama lain, 'Jika Sa'ad Ibn Mu'adhرضي الله عنه  dan Sa'd Ibn 'Ubadahرضي الله عنه  telah memeluk Islam, apa yang kita tunggu? Pergi terus kepada Musab Ibn 'Umairرضي الله عنه dan beriman. Demi Allah, dia menyeru kami kepada kebenaran dan jalan yang lurus!"

Utusan pertama Rasulullah صَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ berjaya tanpa tandingan. Ia adalah satu kejayaan yang dia layak dan yang dia setaraf.

Hari dan tahun berlalu. Rasulullah صَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ dan para sahabatnya berhijrah ke Madinah, dan orang-orang Quraisy sangat iri hati dan mengejar orang-orang yang soleh. Maka berlakulah Perang Badar, di mana mereka diberi pelajaran dan kehilangan benteng yang kuat. Selepas itu mereka mempersiapkan diri untuk membalas dendam, dan dengan itu berlakulah Perang Uhud. Kaum Muslimin mengerahkan diri mereka sendiri, dan Rasulullah صَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ berdiri di tengah-tengah mereka untuk memilah-milah di antara wajah-wajah setia mereka dan memilih seorang untuk memikul panji. Dia kemudian memanggil Mus'ab yang Baik, dan dia maju dan membawa panji.

Pertempuran dahsyat sedang berkecamuk, pertempuran sengit. Para pemanah tidak mempedulikan perintah Rasulullah صَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ dengan meninggalkan kedudukan mereka di atas gunung apabila mereka melihat orang-orang musyrik berundur seolah-olah kalah. Tetapi tindakan mereka ini segera mengubah kemenangan umat Islam kepada kekalahan. Kaum Muslimin secara tidak disedari oleh pasukan berkuda Quraisy di puncak gunung, dan akibatnya banyak orang Islam terbunuh oleh pedang kaum musyrikin.

Apabila mereka melihat kekeliruan dan kengerian yang memecah belahkan barisan kaum Muslimin, orang-orang musyrik menumpukan perhatian kepada Rasulullah صَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ untuk membunuhnya. Mus'ab melihat ancaman yang akan datang, maka dia mengangkat standard tinggi-tinggi, sambil menjerit, "Allahu Akbar! Allah Maha Besar!" seperti mengaum singa. Dia berpaling dan melompat ke kiri dan ke kanan, melawan dan membunuh musuh. Apa yang dia mahukan ialah menarik perhatian musuh kepada dirinya sendiri untuk mengalihkan perhatian mereka daripada Rasulullah صَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ. Oleh itu, dia menjadi seluruh tentera dalam dirinya. Tidak, Mus'ab pergi sendirian untuk berperang seolah-olah dia adalah tentera gergasi yang mengangkat panji dalam kesucian dengan satu tangan, menyerang dengan pedangnya dengan yang lain. Tetapi musuh-musuh semakin bertambah banyak terhadapnya. Mereka ingin memijak jenazahnya supaya mereka dapat menemui Rasulullah صَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ.

Marilah kita membenarkan seorang saksi hidup untuk menggambarkan bagi kita adegan terakhir Musab Ibn 'Umairرضي الله عنه yang Agung. Ibn Sa'd berkata: Ibraahim Ibn Muhammad Ibn Sharhabiil Al-'Abdriy meriwayatkan daripada bapanya/ yang berkata: Musab Ibn 'Umairرضي الله عنه membawa panji pada hari Uhud. Ketika umat Islam bercerai-berai, dia berdiri teguh sehingga bertemu dengan Ibn Quma'ah yang merupakan seorang kesatria. Dia memukulnya pada tangan kanannya dan memotongnya/ tetapi Musab Ibn 'Umairرضي الله عنه berkata:
 "<dan Muhammad hanyalah seorang Rasul. Rasul telah berlalu sebelumnya " (3:144). 

Dia membawa piawai dengan tangan kirinya dan bersandar padanya. Dia memukul tangan kirinya dan memotongnya/ lalu dia bersandar pada panji dan memegangnya dengan tangan atas ke dadanya, sambil berkata/ "<Dan Muhammad Rasulullah صَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ hanyalah seorang Rasul. Rasul telah berlalu sebelumnya >". Kemudian orang ketiga memukulnya dengan lembingnya, dan lembing itu menembusi dia. Musab Ibn 'Umairرضي الله عنه jatuh dan kemudian piawai.

Tidak/ krim kesyahidan telah jatuh! Dia tersungkur selepas dia berjuang kerana Allah dalam peperangan besar pengorbanan dan keimanan. Dia menyangka bahawa jika dia jatuh / dia akan menjadi batu loncatan kepada kewafatan Rasulullah صَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ kerana dia akan tanpa pembelaan dan perlindungan. Tetapi dia meletakkan dirinya dalam bahaya kerana Rasulullah صَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ. Dikuasai oleh ketakutan dan cintanya kepadanya/ dia terus berkata dengan setiap pukulan pedang yang menimpanya dari musuh: 
"Dan Muhammad hanyalah seorang Rasul. Rasul telah berlalu sebelumnya" (3:144). 

Ayat ini diturunkan kemudian/ setelah dia mengucapkannya. Selepas peperangan yang getir/ mereka menjumpai mayat syuhada yang tegak terbaring dengan mukanya di dalam tanah/ seolah-olah dia takut melihat sedangkan bahaya menimpa Rasulullah صَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ. Jadi dia menyembunyikan mukanya supaya dia mengelak daripada kejadian itu. Atau mungkin, dia malu ketika dia gugur sebagai syahid, sebelum memastikan keselamatan Rasulullah صَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ, dan sebelum berkhidmat hingga akhir, menjaga dan melindunginya.

Allah bersamamu, wahai Mus'ab! Sungguh hebat kisah hidup!
Rasulullah صَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ dan para sahabat datang untuk meninjau tempat pertempuran dan mengucapkan selamat tinggal kepada para syuhadanya. Berhenti di badan Mus'ab Ibn 'Umair رضي الله عنه, banyak air mata menitis dari mata Rasulullah صَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ.

Khabbab Ibn Al-Aratرضي الله عنه  meriwayatkan: Kami berhijrah bersama Rasulullah صَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ kerana Allah, maka pahala kami adalah sepatutnya di sisi Allah. Sebahagian daripada kami meninggal dunia tanpa menikmati apa-apa dalam kehidupan ini pahalanya, dan salah seorang daripada mereka adalah Mus'ab Ibn 'Umair رضي الله عنه , yang mati syahid pada hari Uhud. Dia tidak meninggalkan apa-apa kecuali sehelai kain bulu yang dicincang. Jika kami menutupi kepalanya dengannya, maka kakinya tidak bertudung, dan jika kami menutupi kedua kakinya dengannya, maka tidaklah juga kepalanya. Rasulullah صَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ bersabda kepada kami, "Tutuplah kepalanya dengannya dan letakkan serai di atas kakinya."

Walaupun rasa sakit yang mendalam dan sedih yang dialami oleh Rasulullah صَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ atas kehilangan bapa saudaranya Sayyidina  Hamzah ibn Abu Talib رضي الله عنه dan dicacatkan mayatnya oleh orang-orang musyrik dengan cara yang menarik air mata daripada Rasulullah صَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ dan menghancurkan hatinya; walaupun pada hakikatnya medan pertempuran dipenuhi dengan mayat para Sahabatnya, yang kesemuanya mewakili puncak kebenaran, ketakwaan dan makrifat; walaupun semua ini, dia berdiri di hadapan mayat utusan pertamanya, mengucapkan selamat tinggal kepadanya dan menangis dengan sedih. Bahkan Rasulullah صَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ berdiri di dekat jenazah Mus'ab Ibn 'Umair رضي الله عنه sambil berkata, sambil matanya mengalir dengan air mata, cinta dan kesetiaan;


نَ ٱلْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌۭ صَدَقُوا۟ مَا عَـٰهَدُوا۟ ٱللَّهَ عَلَيْهِ ۖ فَمِنْهُم مَّن قَضَىٰ نَحْبَهُۥ وَمِنْهُم مَّن يَنتَظِرُ ۖ وَمَا بَدَّلُوا۟ تَبْدِيلًۭا ٢٣

"Di antara orang-orang yang beriman itu ada orang-orang yang telah menepati apa yang mereka janjikan kepada Allah.1 Di antara mereka ada yang telah menunaikan janjinya ˹dengan nyawanya˺, yang lain menunggu ˹gilirannya˺. Mereka tidak pernah mengubah ˹komitmen mereka˺ sedikit pun." 
(Surah Al Ahzab: Ayat23)

Kemudian dia memandang sedih pada pakaian yang diselubunginya dan berkata/ "Saya melihat kamu di Makkah, dan tidak ada permata yang lebih berharga, dan tidak lebih terhormat daripada kamu, dan di sini kamu bertelanjang dengan pakaian!" Kemudian Rasulullah صَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ melihat semua orang yang mati syahid di medan perang dan berkata, "Nabi Allah menyaksikan bahawa kamu adalah syahid kepada Allah pada hari kiamat." Kemudian dia mengumpulkan para Sahabatnya yang masih hidup di sekelilingnya dan berkata, "Wahai manusia, lawatilah mereka, datanglah kepada mereka, dan ucapkanlah salam kepada mereka. Demi Allah, tidak ada seorang Muslim pun yang akan berselawat kepada mereka melainkan mereka akan memberi salam kepadanya."

Salam sejahtera kepadamu wahai Mus'ab. Salam sejahtera ke atas kamu wahai para Syuhada. Selawat dan salam Allah ke atas kamu!


Asim ibn Thabitرضي الله عنه,

ٱلزَّانِى لَا يَنكِحُ إِلَّا زَانِيَةً أَوْ مُشْرِكَةً وَٱلزَّانِيَةُ لَا يَنكِحُهَآ إِلّ ا زَانٍ أَوْ مُشْرِكٌ وَحُرِّمَ ذَٰلِكَ عَلَى ٱلْ...

Most Reads