Sunday, November 9, 2025

Salamah bin Qais a l -Asyja'i رضي الله عنه

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ النَّبِيِّ الأُمِّيّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلم

[Foto Illustrasi]

"Sang Penakluk AI-Ahwaz"

Salamah bin Qais al-Asyja'iرضي الله عنه

Suatu malam Khalifah Saiyidina Umar Ibn Al Khattab  رضي الله عنه berkeliling di perkampungan Madinah agar para penduduk Madinah dapat tidur menutup kelopak mata mereka dengan perasaan aman clan nyaman. Saat ia sedang berkeliling di antara rumah dan pasar, terlintas di benaknya beberapa nama para sahabat  Rasulullahصَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ yang dapat diminta menjadi komandan pasukan clan berangkat menuju Al-Ahwaz untuk menaklukkannya. Tidak lama kemudian, Khalifah Saiyidina Umar Ibn Al Khattab  رضي الله عنه berseru, "Aku telah menemukannya... aku telah menemukannya, insya Allah!"

Keesokan paginya, Umar memanggil Salamah bin Qais al-Asyja'iرضي الله عنه  dan berkata kepadanya, ''Aku mengangkatmu untuk menjadi komandan pasukan yang akan berangkat menuju Al-Ahwaz. Berangkatlah dengan nama Allah! Perangilah di jalan Allah orang yang kufur terhadap-Nya!

Jika kalian telah bertemu dengan musuh dari kelompok musyrikin, ajaklah mereka untuk masuk Islam. Jika mereka mau masuk Islam dan lebih memilih untuk tinggal di negeri mereka dan tidak turut serta bersama kalian dalam memerangi Salamah bin Qais al-Asyja'iرضي الله عنه kelompok musyrikin lainnya, mereka tidak berkewajiban apa-apa selain membayar zakat, dan mereka ticlak mempunyai hak dalam harta faraid• Jika mereka memilih untuk turut serta bersama kalian dalam berperang, maka mereka akan mendapatkan jatah fai' seperti kalian. Mereka juga memiliki kewajiban yang sama seperti kalian.

Jika mereka menolak Islam, maka suruhlah mereka untuk membayar jizyah2

• Jika mereka telah membayarkannya, maka biarkanlah mereka hidupd bebas!

Jagalah mereka dari serangan musuh. Janganlah kalian membebanidmereka clari batas kemampuan yang mereka miliki.

Jika mereka masih menolak, maka perangilah mereka, sebab Allah Subhanahu wa Ta'ala akan menjacli Penolong kalian dalam menghaclapidmereka.

Jika mereka berlinclung pacla sebuah benteng, lalu mereka memintadkalian untuk menggunakan hukum Allah dan  Rasulullahصَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ, maka janganlahdkalian menuruti permintaan mereka. Sebab kalian ticlak mengerti apakahdhukum Allah dan Rasul-Nya yang sebenarnya.dJika mereka meminta kalian untuk kembali kepacla dzimmahd(tanggungan) Allah dan  Rasulullahصَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ, janganlah kalian memberikan dzimmah Allah dan  Rasulullahصَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ. Akan tetapi berikanlah tanggungan kalian saja!

Jika kalian telah menang clalam peperangan, janganlah kalian kelewatdbatas! Jangan berkhianat! Janganlah menganiaya bangkai musuh clan jangandmembunuh anak-anak!"

Salamah menjawab, "Kami akan patuh clan menaatinya, ya Amirul Mukminin!" Lalu Khalifah Saiyidina Umar Ibn Al Khattab  رضي الله عنه  melepaskan Salamah bin Qais al-Asyja'iرضي الله عنه dengan kehangatan. la menggenggam erat tangan Salamah bin Qais al-Asyja'iرضي الله عنه. Umar pun berdoa clengan penuh kekhusyukan bagi Salamah.

I. Pai' adalah harta yang diperoleh kaum Muslimin dari rampasan perang.

2. Jizyah adalah harta yang diwajibkan oleh kaum Muslimin kepada ahli dzimmah untuk menjaga keselamatan mereka.

Umar menyadari betapa berat tugas yang ia berikan kepada Salamah bin Qais al-Asyja'iرضي الله عنه dan kepada para prajuritnya. Hal itu karena Al-Ahwaz adalah daerah pegunungan yang amat sukar untuk ditempuh dan memiliki benteng yang kokoh. Al-Ahwaz terletak antara Bashrah dan perbatasan Persia. Al-Ahwaz dihuni oleh para penduduk Kurdi yang gagah perkasa.

Kaum Muslimin tidak punya pilihan lain selain harus menaklukkan Kota tersebut dan menguasainya agar mereka dapat melindungi diri dari  serangan Bangsa Persia terhadap Bashrah, dan menghalangi pasukan Persia untuk mengambil alih wilayah Bashrah sebagai pangkalan militer Persia sehingga akan mengganggu kesalamatan dan keamanan wilayah Irak.

Salamah bin Qais al-Asyja'iرضي الله عنه berjalan di barisan terdepan para prajuritnya untuk berjuang di jalan Allah. Baru saja mereka masuk perbatasan Al-Ahwaz, mereka langsung merasakan kekerasan alam dan cuaca Ahwaz. Para pasukan merasa beban mereka semakin berat saat mendaki pegunungan yang tinggi, mereka juga harus melewati rawa-rawa yang terus mengalir ke pantai.

Di samping itu, mereka juga menghadapi ular-ular serta kalajengking beracun yang terus hidup meski terlihat tertidur. Akan tetapi semangat Salamah bin Qais al-Asyja'iرضي الله عنه yang teguh beriman senantiasa menyemangati para prajuritnya. Sehingga segala kesulitan tadi terasa nikmat, dan segala kesedihan menjadi mudah.

Salamah bin Qais al-Asyja'iرضي الله عنه senantiasa memberikan nasehat kepada pasukannya sehingga membangkitkan kembali semangat mereka. Ia juga mengisi malam-malam mereka dengan keharuman semerbak Al-Qur' an. Maka para prajurit merasa mendapatkan sinar Al-Qur' an, merasa tenteram dengan segala kenikmatan, merasa nyaman meski segala beban dan penderitaan mereka alami.

Salamah bin Qais al-Asyja'iرضي الله عنه melaksanakan semua perintah Khalifah. Begitu ia berjumpa dengan penduduk Al-Ahwaz, ia langsung menawarkan mereka untuk masuk ke dalam agama Allah. Namun mereka menolak dan berpaling.

Salamah menyeru mereka untuk membayar jizyah, tapi mereka juga menolak dan membangkang. Maka pasukan Muslimin tidak punya pilihan lain selain melakukan peperangan melawan mereka. Mereka melakukannya sebagai jihad di jalan Allah dan mengharap pahala terbaik di sisi Allah.

Terjadilah peperangan yang amat sengit. Kedua pasukan melancarkan serangan yang amat keras yang jarang sekali peperangan sesengit itu terjadi dalam sejarah.

Tidak lama kemudian, usailah peperangan dengan kemenangan berada di pihak Muslimin yang berjuang menegakkan kalimat Allah, dan kekalahan ada di pihak musyrikin sebagai para musuh Allah.

Begitu peperangan usai, Salamah bin Qais al-Asyja'iرضي الله عنه segera membagikan harta ghanimah kepada para prajuritnya. Lalu Salamah menemukan sebuah perhiasan berharga. Ia berkeinginan untuk memberikan perhiasan tersebut kepada Khalifah Saiyidina Umar Ibn Al Khattab  رضي الله عنه . Maka Salamah bin Qais al-Asyja'iرضي الله عنه berkata kepada para prajuritnya, "Perhiasan ini bila dibagikan kepada kalian, maka tidak akan begitu berarti. Apakah kalian mengizinkan bila perhiasan ini kita kirimkan kepada Amirul Mukminin?"

Mereka menjawab, "Baiklah!"

Kemudian Salamah bin Qais al-Asyja'iرضي الله عنه meletakkan perhiasan tersebut ke dalam sebuah kotak kecil. Lalu ia mengutus seorang prajurit dari kaumnya Bani Asyja' dan berpesan kepadanya, "Berangkatlah engkau dan budakmu ke Madinah!

Beritahukanlah kepada Amirul Mukminin tentang penaklukan ini. Berikanlah perhiasan ini sebagai hadiah kepadanya!" Pria Asyja'i yang diutus ini memiliki sebuah kisah dengan Khalifah Saiyidina Umar Ibn Al Khattab  رضي الله عنه  yang mengandung pelajaran berharga. Kita akan mempersilakan dia untuk menceritakan kisahnya.

Pria Asyja'i ini bercerita:

Aku dan budakku berangkat menuju Bashrah. Lalu kami membeli dua ekor kendaraan dengan uang yang diberikan oleh Salamah bin Qais al-Asyja'iرضي الله عنه kepada kami. Kedua hewan tadi kami isikan dengan semua perbekalan yang diperlukankan. Kemudian kami berangkat menuju Madinah. Sesampainya di sana, aku mencari-cari Amirul Mukminin dan aku dapati ia tengah berdiri sedang memberi makan kepada kaum Muslimin dan saat itu ia sedang berdiri dengan berpegang pada sebuah tongkat seperti seorang gembala. 

Ia berjalan mengelilingi piring-piring besar sambil berkata kepada budaknya yang bernama Yarfa', "Ya Yarfa: tambahkan daging buat mereka. Ya Yarfa', tambahkan roti buat mereka. Ya Yarfa: tambahkan sayur buat mereka:'

Begitu aku menghampiri Amirul Mukminin, ia berkata kepadaku, "Duduklah!"

Kemudian aku duduk di tengah-tengah manusia, lalu aku disodorkan makanan dan aku pun memakannya. Begitu semua orang selesai makan, Khalifah Saiyidina Umar Ibn Al Khattab  رضي الله عنه  berkata, "Ya Yarfa', angkatlah piring-piring besar itu!"

Yarfa' mengangkat piring-piring tersebut dan aku membantunya. Saat Amirul Mukminin masuk ke dalam rumahnya, aku pun meminta izin untuk dipersilakan masuk, dan ia mengizinkan. Aku dapati Amirul Mukminin sedang duduk di atas bantal dari kumpulan bulu, ia bersandar di atas dua buah bantal terbuat dari kulit yang diisi oleh bulu. Kemudian ia melemparkan salah satunya kepadaku, kemudian aku duduk di atas bantal tersebut.

Di belakang tubuhnya terdapat sebuah tirai. Lalu ia menoleh ke arah tirai tersebut dan berkata, "Ya Ummu Kultsum, siapkanlah makanan untuk kami."

Aku berujar dalam diri, "Kira-kira makanan apa yang akan disiapkan khusus untuk Amirul Mukminin?!" Kemudian Ummu Kultsum memberikan sepotong roti dengan minyak yang ditaburi garam yang tidak merata.

Lalu Khalifah Saiyidina Umar Ibn Al Khattab  رضي الله عنه  menoleh ke arahku dan berkata, "Makanlah!" Aku pun melaksanakannya dan aku makan sedikit saja. Ia pun turut makan. Aku tidak pernah melihat orang yang memiliki cara lebih baik daripadanya saat makan.

Kemudian ia berkata, "Bawakanlah air untuk kami!" Maka penghuni rumahnya membawakan sebuah gelas untuknya yang berisikan minuman dari tepung jernih. Khalifah berkata, "Berikan minuman tersebut kepada orang ini terlebih dahulu!" Maka para orang tadi memberikan minuman tersebut kepadaku.

Aku pun mengambil gelas tersebut dan aku minum sedikit darinya, kerana tepung jernih milikku lebih wangi dan lebih berkualitas. Kemudian Khalifah Saiyidina Umar Ibn Al Khattab  رضي الله عنه  mengambilnya dan meminum dari gelas tersebut hingga ia merasa puas. Lalu ia berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah memberi kami makan sehingga merasa kenyang. Yang telah memberi kami minum, sehingga kami merasa tidak haus:'

Pada saat itu, aku menatapnya dan berkata, ''Aku membawa sebuah surat untukmu, wahai Amirul Mukminin:' Ia bertanya, "Dari mana?" Aku menjawab, "Dari Salamah bin Qais al-Asyja'iرضي الله عنه:' la langsung berseru, "Selamat datang untuk Salamah bin Qais al-Asyja'iرضي الله عنه, selamat datang bagi utusannya! Ceritakan kepadaku tentang pasukan Muslimin!"

Aku menjawab, "Sebagaimana yang engkau inginkan, wahai Amirul Mukminin. Mereka semua selamat, dan berhasil menang menghadapi para musuh mereka dan musuh Allah:'

Aku pun memberitahukan kepadanya tentang kemenangan. Aku memberitahukannya tentang kondisi pasukan Muslimin baik secara umum maupun terperinci.

Ia berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah memberi dan melebihkan, yang telah menganugerahkan dan memperbanyak!"

Kemudian ia bertanya, ''.Apakah engkau melewati Bashrah ?" Aku menjawab, "Ya, aku melewatinya wahai Amirul Mukminin:'

la bertanya, "Bagaimana kaum Muslimin di sana ?" Aku menjawab, "Semuanya baik-baik saja dengan rahmat Allah:' Ia bertanya, "Bagaimana harga barang-barang di sana?" Aku menjawab, "Harga barang di sana adalah yang paling murah:' Ia bertanya, "Bagaimana dengan daging di sana? Sebab daging adalah bak pepohonan bagi Bangsa Arab. Bangsa Arab tidak merasa damai kecuali mereka memiliki pepohonan:'

Aku menjawab, "Daging di sana amat banyak dan berkecukupan:' Kemudian ia melihat kotak kecil yang aku bawa, lalu bertanya, "Apa yang engkau bawa di tanganmu itu?!"

Aku menjawab, "Saat Allah memberikan kemenangan kepada kami saat menghadapi musuh, kami pun mengumpulkan harta ghanimah. Lalu Salamah bin Qais al-Asyja'iرضي الله عنه melihat sebuah perhiasan. Salamah bin Qais al-Asyja'iرضي الله عنه berkata kepada semua prajurit, 'Perhiasan ini bila dibagikan kepada kalian maka akan menjadi tidak berarti. Apakah kalian mengizinkan jika perhiasan ini aku kirimkan kepada Amirul

Mukminin ?' Para prajurit menjawab, 'Baiklah!"'

Kemudian aku memberikan kotak kecil tersebut kepada Khalifah Saiyidina Umar Ibn Al Khattab  رضي الله عنه.

Begitu ia membukanya dan melihat batu-batu mulia yang bertahta di perhiasan tersebut dengan berbagai warna, merah, kuning dan hijau, ia langsung melompat dari tempat duduknya. Lalu ia menjulurkan tangannya di hadapanku. Ia mencampakkan kotak kecil tadi ke tanah, maka berhamburanlah semua yang ada di dalamnya tercerai-berai. Para wanita yang ada di dalam rumah menduga bahwa aku berniat membunuh Khalifah. Semua wanita tadi berdatangan ke arah tirai.

Kemudian Khalifah Saiyidina Umar Ibn Al Khattab  رضي الله عنه menatapku dan berkata, "Kumpulkan perhiasan itu!" Ia juga berkata kepacla buclaknya, "Pukullah dan sakiti dia!" Aku pun mengumpulkan isi kotak kecil yang berhamburan, sementara Yarfa' memukuliku.

Kemudian Khalifah Saiyidina Umar Ibn Al Khattab  رضي الله عنه berkata, "Berdirilah dengan cara yang tidak terhormat, baik engkau maupun sahabatmu!" Aku berkata, "Tolong kembalikan hewan tungganganku yang akan membawa aku dan budakku ke Al-Ahwaz. Budakmu telah mengambil hewan tersebut dariku:' Khalifah berkata kepada Yarfa', "Berikan kepadanya dua unta tunggangan dari harta seclekah untuk dia dan budaknya!"

Kemudian ia berkata kepadaku, "Jika engkau telah merasa tidak memerlukannya lagi dan engkau mendapati ada orang yang lebih memerlukannya daripadamu, maka berikanlah kedua unta tadi kepadanya!" Aku menjawab, "Baik, akan aku lakukan ya Amirul Mukrninin, insya Allah!"

Lalu Khalifah menatapku sambil berkata, "Demi Allah, jika para prajurit sudah berpisah sebelum perhiasan ini dibagikan kepacla mereka, maka aku sendiri yang akan mematahkan tulang punggungmu dan sahabatmu itu!"

Maka aku pun segera berangkat sehingga aku menemui Salamah dan aku berkata, "Tiada keberkahan Allah atas tugas yang engkau berikan kepadaku. Bagikanlah perhiasan ini kepacla para prajurit sebelum sebuah musibah bakaI terjadi kepadaku dan kepadamu!"

Aku pun menceritakan kisahku kepadanya. Ia tidak meninggalkan majelisnya sebelum ia membagikan perhiasan tersebut kepada para prajurit.

Perperangan Al Ahwaz:

Perang Al-Ahwaz" merujuk kepada beberapa peristiwa sejarah dan konflik, tetapi yang paling menonjol dalam sejarah awal Islam ialah Penaklukan Al-Ahwaz oleh tentera Muslimin bawah pimpinan : Salamah bin Qais a l -Asyja'i  رضي الله عنه  

[Perang Al Ahwaz, yang berlaku pada 637H, kini menjadi sebahagian wilayah Iran, Penduduk Al Ahwaz sejak lama adalah bangsa Arab bukan Parsi. Hingga kini masih dibawah Iran - Farsi]

Berikut adalah butiran mengenai peristiwa tersebut:

Bila berlaku: Peristiwa ini berlaku pada tahun 17 Hijrah (bersama kira-kira 637 Masihi) semasa era Khalifah Umar bin Al-Khattab, di bawah Khilafah Rasyidin.

Pihak yang terlibat: Ia adalah pertempuran antara pasukan Muslimin dan tentera Empayar Parsi Sasanian.

Lokasi: Pertempuran berlaku di utara wilayah Kufah (kini di timur Iraq), di kawasan yang dikenali sebagai Ahwaz (atau Khuzestan di Iran moden).

Konteks: Penaklukan ini berlaku selepas pertempuran utama yang lain, iaitu Pertempuran Qadisiyah dan Pengepungan Madain, sebagai sebahagian daripada kempen penaklukan Parsi oleh tentera Muslim.


[Foto Illustrasi] Peperangan Al Azwah-]



Hadith Riwayat : Salamah Ibn Al  Qais :

Diriwayatkan oleh: Salamah ibn Qays Daripada Sunan at-Tirmidhi (Jami-al-Tirmidhi)

Hadis No: 27

Diriwayatkan/Otoriti Salamah ibn Qays

Disenaraikan dalam: Taharah (Bersuci)

berkata bahawa Rasulullah (SAW) bersabda, "Apabila kamu berwuduk, hidulah air dan kumur-kumur.



Referensi:

Untuk mengenal lebih jauh profil Salamah bin Qais al-Asyja'i silakan

melihat:

1. Mu'jam al-Buldan: 1/284 dalam pembahasan Al-Ahwaz.

2. Al-Isti'ab (dengan hamisy al-Ishabah): 2/89.

3. Tahdzib at-Tahdzib: 4/ 154.

4. Al-Ishabah: 2/67.

5. Hayatush Shahabah: 1/341.

6. Usdul Ghabah: 2/432.

Friday, November 7, 2025

Samurah ibn Jundab رضي الله عنه

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ النَّبِيِّ الأُمِّيّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلم

[Foto Illustrasi]

Samurah ibn Jundab  رضي الله عنه 

Samurah ibn Jundab  رضي الله عنه merupakan seorang sahabat Rasulullahصَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ yang terkemuka, terkenal dengan pengetahuannya yang mendalam tentang hadith, penyertaannya dalam pertempuran dan penaklukan awal Islam, dan peranan pentadbirannya yang kemudiannya dalam perkembangan negara Islam.

Biografi

Asal Usul dan Kehidupan Awal: Samurah ibn Jundab  رضي الله عنه berasal dari puak Banu Lay, sebuah bahagian suku Fazara dari Hejaz (Arab barat, berhampiran Madinah). Selepas kematian bapanya, ibunya yang balu berkahwin semula dengan Murayy ibn Sinan, seorang ahli Ansar (penduduk Islam Madinah yang menyokong Nabi). Melalui perkahwinan ini, Samurah menjadi ahli gabungan puak Banu Khudra dari Khazraj.

Sahabat  Rasulullahصَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ: Semasa muda, Samurah ibn Jundab  رضي الله عنه menjadi sahabat  Rasulullahصَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ. Dia berjaya meyakinkan  Rasulullahصَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ untuk membiarkannya berperang dalam Perang Uhud (627 Masihi) walaupun usianya masih muda, dengan menunjukkan kehebatan dan kemahirannya. Dia hadir dalam banyak peristiwa penting lain semasa hayat  Rasulullahصَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ.

Kehidupan dan Kematian Kemudian: Selepas kewafatan  Rasulullahصَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَSamurah ibn Jundab  رضي الله عنه mengambil bahagian dalam penaklukan Islam ke atas Iran Sasanian. Beliau kemudiannya berkhidmat sebagai timbalan gabenor Basra di bawah Ziyad ibn Abihi dan kekal dalam jawatan itu untuk tempoh selepas kewafatan Ziyad, sehingga beliau digantikan oleh Khalifah Mu'awiya I. Beliau meninggal dunia di Basra antara tahun 677 dan 679 Masihi.


Watak

Berilmu: Samurah ibn Jundab  رضي الله عنه merupakan seorang perawi hadith (kata-kata dan tradisi Nabi) yang penting, menyampaikan banyak tradisi yang penting kepada perundangan dan amalan Islam. Wasiat terakhirnya kepada anak-anak lelakinya terkenal mengandungi banyak ilmu agama.

Berani dan Berkebolehan: Beliau dikenali kerana keberaniannya, yang ditunjukkan apabila beliau berkeras untuk berperang dalam Perang Uhud semasa muda. Beliau membuktikan dirinya sebagai pemimpin ketenteraan dan pentadbiran yang berkebolehan semasa penaklukan Islam dan zamannya sebagai gabenor di Iraq.

Ketat dalam Pentadbiran: Semasa menjadi gabenor Basra, sumber tradisional mengaitkan beliau dengan hukuman mati berskala besar terhadap Khawarij (sebuah mazhab Islam yang berbeza pendapat) dan orang lain yang disyaki mempunyai pandangan mereka, mencerminkan pendekatan ketatnya dalam menjaga ketenteraman dan ortodoksi.

Alim: Beliau seorang Muslim yang taat yang menekankan kepatuhan kepada tugas-tugas agama. Beliau direkodkan telah menasihati anak-anaknya untuk mentaati Allah, Rasul-Nya, dan kepimpinan Islam berdasarkan perintah ilahi dan kesepakatan masyarakat Islam.

Sumbangan

Perkhidmatan Ketenteraan: Beliau seorang pahlawan yang berani yang berjuang dalam pertempuran utama Islam awal, termasuk Perang Uhud, membantu mempertahankan dan mengembangkan masyarakat Islam.

Tadbir Urus: Beliau memegang jawatan pentadbiran yang penting, termasuk leftenan gabenor Basra, menyumbang kepada kestabilan dan tadbir urus empayar Islam yang berkembang semasa Khilafah Umayyah.

Riwayat Hadis: Sumbangan beliau yang paling berkekalan ialah pemeliharaan dan penyampaian pelbagai hadis daripada Rasulullahصَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ.. Riwayat-riwayat ini membentuk bahagian penting dalam badan undang-undang dan tradisi Islam, yang berfungsi sebagai sumber panduan untuk umat Islam dari generasi ke generasi.

Pemeliharaan Amalan Islam: Melalui naratif dan ajarannya, beliau membantu memastikan amalan ritual Islam yang betul, seperti waktu solat dan menjawab salam Imam selepas salam.

Legasi Keluarga: Keturunannya termasuk tokoh-tokoh terkenal dalam sejarah Islam, seperti cicitnya Abu Ishaq Ibrahim ibn Habib, seorang ahli astronomi Islam awal dan yang pertama membina astrolab, yang mempamerkan legasi pembelajaran dan sumbangan merentasi generasi.

Samurah ibn Jundab  رضي الله عنه (atau Jundub), seorang sahabat Rasulullahصَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ. ialah seorang pahlawan yang berani, seorang gabenor yang berdedikasi, dan seorang perawi Hadis yang penting. Kehidupannya mencerminkan komitmen yang mendalam terhadap Islam dan kerjaya yang penting dalam negara Islam awal.

Biografi

Samurah ibn Jundab  رضي الله عنه berasal dari puak Banu Lay dari suku Fazara. Selepas kematian bapanya, ibunya yang balu berkahwin semula dengan Murayy ibn Sinan, seorang ahli Ansar (penyokong Madinah Nabi Muhammad), dan keluarganya menetap di Madinah. Semasa muda, beliau menjadi sahabat Nabi. Pada mulanya beliau dianggap terlalu muda untuk berperang dalam Perang Uhud (627 Masihi) tetapi berjaya meyakinkan Rasulullahصَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ. tentang kehebatannya dan dibenarkan menyertai tentera Islam.

Selepas kewafatan Rasulullahصَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ.Samurah ibn Jundab  رضي الله عنه mengambil bahagian dalam penaklukan Islam ke atas Iran Sasanian. Semasa pemerintahan khalifah Umayyah Mu'awiya I, beliau berkhidmat sebagai timbalan gabenor Basra yang dilantik di bawah Ziyad ibn Abihi dari tahun 670–673 Masihi. Selepas kematian Ziyad, Samurah ibn Jundab  رضي الله عنه kekal dalam jawatan sebagai gabenor penuh untuk tempoh tertentu sebelum digantikan. Beliau meninggal dunia di Basra antara tahun 677 dan 679 Masihi.

Watak

Samurah dikenali kerana:

Keberanian dan keazaman: Beliau menunjukkan keberaniannya sejak usia muda dengan berkeras untuk berperang dalam Perang Uhud.

Komitmen terhadap keadilan (seperti yang dilihatnya): Semasa menjadi gabenor, beliau dikenali kerana ketegasannya dalam menangani golongan Khawarij, yang diperintahkannya untuk dihukum mati dalam jumlah yang besar di bidang kuasanya.

Semangat kewajipan agama yang kuat: Beliau berdedikasi kepada amalan Islam, termasuk solat dan berkongsi ilmu agama.

Pengetahuan tentang hal ehwal agama: Wasiat terakhirnya kepada anaknya dikatakan mengandungi "banyak ilmu agama".

Beliau menjadi subjek satu insiden terkenal di mana beliau mempunyai sebatang pokok kurma di dusun seorang Ansari dan akan masuk tanpa kebenaran, menyebabkan kesusahan kepada keluarga pemiliknya. Apabila beliau menolak permintaan berulang kali Nabi untuk menjual pokok itu atau masuk dengan sopan, Nabi mengarahkan pokok itu ditebang, dengan menyatakan, "Islam tidak membenarkan sesiapa mengganggu atau mencederakan sesiapa," menekankan kepentingan tidak mencederakan hak orang lain.

Sumbangan

Sumbangan utama beliau termasuk:

Khidmat ketenteraan: Berjuang dalam pertempuran awal Islam yang penting, termasuk Uhud dan penaklukan Iran yang kemudian.

Tadbir Urus: Berkhidmat sebagai gabenor di wilayah Islam baharu yang penting seperti Basra, membantu mengekalkan ketenteraman dan mengembangkan pentadbiran negara Islam.

Riwayat hadis: Samurah ibn Jundab  رضي الله عنه merupakan penyampai hadis yang penting, memelihara banyak ucapan dan amalan Nabi Muhammad. Beliau meriwayatkan sejumlah besar hadis, terutamanya mengenai solat, pengebumian, dan mimpi, yang direkodkan dalam koleksi Hadis utama seperti Sahih Bukhari.

Pemeliharaan ilmu: Beliau mewariskan ilmu agama kepada anaknya dan orang lain, menyumbang kepada korpus awal perundangan dan tradisi Islam.


Hadis Diriwayatkan Oleh Samurah ibn Jundab  رضي الله عنه

Hadis No: 328

Diriwayatkan/Sahih daripada Samurah ibn Jundab  رضي الله عنه

Disenaraikan dalam: Haid

Nabi telah solat jenazah seorang wanita yang meninggal dunia akibat (semasa) bersalin (iaitu kelahiran anak) dan baginda berdiri di tengah-tengah jenazahnya.

Hadis No: 806

Diriwayatkan/Sahih daripada Samurah ibn Jundab  رضي الله عنه

Disenaraikan dalam: Ciri-ciri Solat

Nabi biasa menghadap kami setelah selesai solat.

Hadis No: 244

Diriwayatkan/Sahih daripada Samurah ibn Jundab  رضي الله عنه

Disenaraikan dalam: Solat Malam (Tahajjud)

Nabi berkata dalam riwayat mimpinya bahawa baginda melihat, "Orang yang kepalanya ditumbuk dengan batu adalah orang yang mempelajari al-Quran tetapi tidak pernah mengamalkannya, dan tidur tanpa menghiraukan solat fardhu."

Hadis No: 415

Diriwayatkan/Sahih daripada Samurah ibn Jundab  رضي الله عنه

Disenaraikan dalam: Pengebumian (Al-Janaaiz)

Aku solat jenazah di belakang Nabi untuk seorang wanita yang meninggal dunia semasa melahirkan anak dan baginda berdiri di tengah keranda.

Hadis No: 416

Diriwayatkan/Sahih daripada Samurah ibn Jundab  رضي الله عنه

Disenaraikan dalam: Pengebumian (Al-Janaaiz)

Aku solat jenazah di belakang Nabi untuk seorang wanita yang meninggal dunia semasa melahirkan anak dan baginda berdiri di tengah keranda.

Hadis No: 468

Diriwayatkan/Sahih daripada Samurah ibn Jundab  رضي الله عنه

Disenaraikan dalam: Pengebumian (Al-Janaaiz)

Setiap kali Nabi selesai solat (subuh), baginda akan menghadap kami dan bertanya, "Siapakah di antara kamu yang bermimpi malam tadi?" Jadi jika sesiapa melihat mimpi, baginda akan menceritakannya. Nabi akan berkata: "Ma sha'a-llah" (Pepatah Arab yang bermaksud secara literal, 'Apa yang Allah kehendaki,' dan ia menunjukkan petanda baik.) Pada suatu hari, baginda bertanya kepada kami sama ada sesiapa antara kami pernah bermimpi. Kami menjawab tidak. Nabi berkata, "Tetapi aku telah bermimpi malam tadi bahawa dua orang lelaki datang kepadaku, memegang tanganku, dan membawaku ke Tanah Suci (Baitulmaqdis). Di sana, aku melihat seorang lelaki duduk dan seorang lagi berdiri dengan cangkuk besi di tangannya menolaknya ke dalam mulut lelaki itu sehingga sampai ke tulang rahang, lalu mengoyakkan satu sisi pipinya, dan kemudian melakukan perkara yang sama dengan sisi yang lain; sementara itu, sisi pertama pipinya kembali normal dan kemudian dia mengulangi pembedahan yang sama sekali lagi. 

Aku berkata, 'Apa ini?'" Mereka menyuruh saya teruskan perjalanan dan kami teruskan perjalanan sehingga kami sampai kepada seorang lelaki yang sedang berbaring terlentang, dan seorang lagi lelaki berdiri di sebelah kepalanya sambil membawa batu atau seketul batu, lalu meremukkan kepala lelaki yang sedang berbaring itu dengan batu itu. Setiap kali dia memukulnya, batu itu akan berguling. Lelaki itu pergi untuk mengambilnya dan apabila dia kembali kepadanya, kepala yang remuk itu telah kembali ke keadaan asalnya dan lelaki itu kembali dan memukulnya lagi (dan begitulah seterusnya). 

Saya bertanya, 'Siapa ini?' Mereka menyuruh saya teruskan perjalanan; jadi kami teruskan perjalanan dan melalui lubang seperti ketuhar; dengan bahagian atas yang sempit dan bahagian bawah yang lebar, dan api sedang menyala di bawah lubang itu. Setiap kali api itu menyala, orang ramai terangkat sehingga mereka hampir keluar darinya, dan setiap kali api menjadi reda, orang ramai akan terjun ke dalamnya, dan terdapat lelaki dan wanita telanjang di dalamnya. Saya bertanya, 'Siapa ini?' Mereka menyuruh saya teruskan. Jadi kami teruskan perjalanan sehingga kami sampai ke sungai yang penuh darah dan seorang lelaki berada di dalamnya, dan seorang lagi lelaki berdiri di tebingnya dengan batu di hadapannya, menghadap lelaki yang berdiri di sungai itu. 

Setiap kali lelaki di sungai itu ingin keluar, lelaki yang seorang lagi melemparkan batu ke dalam mulutnya dan menyebabkannya berundur ke kedudukan asalnya; dan setiap kali dia ingin keluar, lelaki yang seorang lagi akan melemparkan batu ke dalam mulutnya, dan dia akan berundur ke kedudukan asalnya. Aku bertanya, 'Apa ini?' Mereka menyuruh saya meneruskan perjalanan dan kami pun meneruskan perjalanan sehingga kami sampai ke sebuah taman hijau yang subur dengan sebatang pokok besar dan berhampiran akarnya sedang duduk seorang lelaki tua bersama beberapa orang anak. (Saya ternampak) seorang lelaki lain berhampiran pokok itu dengan api di hadapannya dan dia sedang menyalakannya. 

Kemudian mereka (iaitu dua orang sahabat saya) menyuruh saya memanjat pokok itu dan menyuruh saya memasuki sebuah rumah, yang lebih baik daripada yang pernah saya lihat. Di dalamnya terdapat beberapa orang tua dan pemuda, wanita dan kanak-kanak. Kemudian mereka membawa saya keluar dari rumah ini dan menyuruh saya memanjat pokok itu dan menyuruh saya memasuki sebuah rumah lain yang lebih baik dan lebih baik (daripada yang pertama) yang mengandungi orang tua dan muda. Saya berkata kepada mereka (iaitu dua orang sahabat saya), 'Kamu telah membuat saya merayau sepanjang malam. Ceritakan kepada saya semua tentang apa yang telah saya lihat.' 

Mereka berkata, 'Ya. Adapun orang yang pipinya kamu lihat dikoyakkan, dia adalah seorang pembohong dan dia selalu berbohong, dan orang ramai akan melaporkan kebohongan itu atas kuasanya sehingga ia tersebar ke seluruh dunia. Jadi, dia akan dihukum sedemikian rupa sehingga Hari Kiamat. Orang yang kepalanya kamu lihat dihancurkan adalah orang yang Allah berikan ilmu Al-Quran (iaitu menghafalnya) tetapi dia biasa tidur pada waktu malam (iaitu dia tidak membacanya ketika itu) dan tidak biasa mengamalkannya (iaitu mengikut perintahnya dll.) pada siang hari; dan hukuman ini akan berterusan sehingga Hari Kiamat. Dan orang-orang yang kamu lihat di dalam lubang (seperti ketuhar) adalah penzina (lelaki dan wanita yang melakukan hubungan seks haram). Dan orang-orang yang kamu lihat di sungai.








Nazzal bin Sabrah (رَحِمَهَا ٱللَّٰهُ )

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ النَّبِيِّ الأُمِّيّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلم


[Foto Illustrasi]

Nazzal bin Sabrah (رَحِمَهَا ٱللَّٰهُ )

Nazzal bin Sabrah (رَحِمَهَا ٱللَّٰهُ ) merupakan seorang sahabat   Rasulullahصَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ yang dikenali sebagai perawi hadis yang boleh dipercayai dan seorang Muslim yang taat yang menuntut ilmu secara langsung daripada sahabat kanan, seperti Sayyidina Ali ibn Abi Talib (رضي الله عنه). Walaupun biografi terperinci tentang keseluruhan kisah hidupnya terhad dalam sumber yang disediakan, sumbangan dan keperibadiannya jelas melalui riwayat yang dikaitkan dengannya.

Butiran khusus tentang kehidupan awal atau asal usul Nazzal bin Sabrah tidak dihuraikan secara meluas dalam sumber tersebut. Kehadiran sejarah utamanya berpunca daripada peranannya selepas kewafatan Nabi, di mana beliau merupakan tokoh yang berwibawa dalam menyampaikan amalan dan ucapan agama yang penting. Beliau merupakan seorang Tabi'i (pengganti) yang meriwayatkan daripada sahabat, terutamanya daripada Khalifah keempat,Sayyidina Ali ibn Abi Talib (رضي الله عنه ) Ini menunjukkan beliau merupakan ahli generasi selepas sahabat, walaupun beliau mungkin telah bertemu Rasulullahصَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ semasa hayatnya sebagai seorang pemuda.

Watak

Watak Nazzal bin Sabrah (رَحِمَهَا ٱللَّٰهُ  ditunjukkan melalui tindakan dan interaksinya seperti yang dipelihara dalam tradisi Islam:

Keinginan untuk Ilmu: Beliau berminat untuk mempelajari dan memahami amalan  Rasulullahصَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ dan umat Islam awal, seperti yang dilihat dalam pemerhatiannya yang berdedikasi terhadap tindakan Sayyidina Ali ibn Abi Talib (رضي الله عنه)..

Kebolehpercayaan (Thiqah): Riwayatnya diterima dan direkodkan dalam koleksi Hadis yang sahih seperti Sunan An-Nasai, yang menandakan kebolehpercayaan dan integritinya sebagai perawi.

Ketaatan dan Penghormatan: Beliau menunjukkan rasa hormat yang tinggi terhadap para sahabat senior, seperti Sayyidina Ali ibn Abi Talib (رضي الله عنه)., memerhatikan tindakan mereka untuk memastikan beliau mengikuti Sunnah yang benar.

Ketakwaan: Komitmennya terhadap amalan agama yang betul jelas daripada tumpuannya terhadap perkara seperti bersuci (Wudu) dan solat.

Sumbangan

Sumbangan utamanya kepada Islam ialah:

Riwayat Hadis: Sumbangannya yang paling penting ialah pemeliharaan dan penyampaian beberapa Hadis penting, terutamanya mengenai amalan Nabi mengenai bersuci (Wudu) dan minum air sambil berdiri.

Satu riwayat terkenal daripadanya menggambarkan beliau menyaksikan Ali berwudu dengan cara tertentu dan kemudian minum air yang tinggal sambil berdiri. Ali kemudian menjelaskan bahawa orang ramai tidak menyukai tindakan ini, tetapi dia melihat  Rasulullahصَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَmelakukannya, menjelaskan keharusannya dan menunjukkan bahawa ia bukanlah Hadats (najis besar). Riwayat ini merupakan sumber penting untuk keputusan perundangan Islam mengenai perkara ini.

Pemeliharaan Sunnah: Dengan memerhati dan menyampaikan tindakan para sahabat senior yang rapat dengan  Rasulullahصَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ dengan tepat, Nazzal bin Sabrah membantu memastikan aplikasi praktikal Sunnah dipelihara untuk generasi Muslim akan datang.

Menegakkan Amalan Ortodoks: Tindakan dan riwayatnya membantu menjelaskan amalan yang disalahertikan dan memastikan masyarakat mengikuti contoh Rasulullahصَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ  yang betul, menghapuskan sebarang salah tanggapan atau inovasi yang berpotensi.

Secara ringkasnya, legasi Nazzal bin Sabrah (رَحِمَهَا ٱللَّٰهُ ) terletak pada peranannya sebagai penghubung penting dalam rantaian penyebaran Hadis, yang merangkumi dedikasi dan sifat amanah mereka yang memelihara ajaran Rasulullahصَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ.

Nazzal bin Sabrah (رَحِمَهَا ٱللَّٰهُ ) adalah seorang sahabat (Sahabi) Rasulullahصَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ  yang terkenal dengan peranannya sebagai perawi hadis yang boleh dipercayai, membantu memelihara kata-kata dan amalan Nabi untuk generasi akan datang.

Biografi

Persahabatan:Nazzal bin Sabrah (رَحِمَهَا ٱللَّٰهُ ) adalah seorang sahabat yang meluangkan masa bersama Rasulullahصَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ dan meriwayatkan hadis daripadanya, serta daripada sahabat kanan lain seperti Sayyidina Ali ibn Abi Talib(رضي الله عنه .

Peranan selepas Rasulullahصَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ: Beliau adalah antara sahabat yang tersebar ke seluruh dunia selepas kewafatan Rasulullahصَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَi untuk mengajar dan menyebarkan Islam.

Riwayat: Riwayatnya direkodkan dalam koleksi hadis yang sahih, seperti Sunan An-Nasai. Satu hadis penting yang beliau riwayatkan menggambarkan melihat Sayyidina  Ali ibn Abi Talib(رضي الله عنه  berwuduk dan kemudian minum air yang tinggal sambil berdiri, menjelaskan bahawa beliau telah melihat Nabi melakukan perkara yang sama, yang menunjukkan ia adalah amalan yang dibenarkan.

Watak

Walaupun butiran khusus tentang watak peribadinya tidak didokumentasikan secara meluas selain peranannya sebagai perawi, statusnya sebagai seorang Sahabi menunjukkan bahawa beliau memiliki sifat-sifat mulia umum yang dikongsi oleh para sahabat, termasuk:

Ketakwaan dan Ketaatan: Seperti sahabat lain, beliau sangat komited terhadap agamanya, seperti yang dibuktikan oleh usahanya untuk memelihara dan menyampaikan ilmu agama.

Kepercayaan (Amanah): Riwayatnya yang diterima dalam koleksi Hadis yang sahih menunjukkan bahawa beliau dianggap sebagai sumber maklumat yang sangat dipercayai dan boleh dipercayai oleh para sarjana Islam dan generasi berikutnya.

Keinginan untuk Ilmu: Beliau mendedikasikan dirinya untuk belajar daripada Nabi dan sahabat lain, mengorbankan keselesaan peribadi untuk memperoleh ilmu dan mengamalkan Deen (agama).

Hadis Pilihan Yang Di Riwayatkan olih Nazzal bin Sabrah (رَحِمَهَا ٱللَّٰهُ 

Sumbangan utamanya kepada Islam ialah:

Hadis NarraSi: Beliau memainkan peranan penting dalam pemeliharaan dan penyampaian Sunnah Rasulullahصَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ (ajaran dan amalan) dengan meriwayatkan Hadis. Ilmu yang terpelihara ini sangat penting dalam perkembangan hukum dan amalan Islam.

Penyebaran Islam: Beliau membantu menyebarkan ajaran Islam ke wilayah baharu selepas kewafatan Rasulullahصَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ , menyumbang kepada pengembangan dan pendidikan masyarakat Islam awal.

Legasi beliau adalah seorang pelajar dan guru Islam yang berdedikasi, yang penyampaian ilmunya yang teliti memastikan kesinambungan bimbingan Nabi.

Diriwayatkan oleh: Al-Nazzal bin Sabrah Daripada Sunan An-Nasai

Hadis No: 130

Diriwayatkan/Autoriti Al-Nazzal bin Sabrah

Tersenarai dalam: Kitab Bersuci

"Aku melihat Ali (semoga Allah meridhainya) solat Zuhur, kemudian dia duduk untuk memenuhi keperluan orang ramai, dan apabila tiba waktu Asar, sebuah bekas air dibawa kepadanya. Dia mengambil segenggam air itu dan menyapu muka, lengan bawah, kepala dan kakinya dengannya, kemudian dia mengambil sisa air itu dan minum sambil berdiri. Dia berkata: 'Orang ramai tidak menyukai ini, tetapi aku melihat Rasulullahصَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ melakukannya. Inilah wudhu bagi orang yang tidak berhadats." (Sahih)

Riyad as-Salihin 767 (Buku 2, Hadis 41) #37256

وعن النزال بن سبرة رضى الله عنه قال‏:‏ أتى علي رضى الله عنه باب الرحبة فشرب قائماً، وقال‏:‏ إني رأيت علسون رأيتموني فعلت‏.‏((‏رواه البخارى‏)‏)‏

Minum Air sambil Berdiri

RUMUSAN: Ali bin Abu Talib melihat Rasulullahصَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ meminum air dalam keadaan berdiri dan melaporkannya kepada orang lain.

An-Nazzal bin Sabrah (Semoga Allah meredhainya) melaporkan: 'Ali bin Abu Talib (Semoga Allah meredhainya) tiba di Bab Ar-Rahbah (di Kufah) dan minum air sambil berdiri. Kemudian dia berkata: "Aku melihat Rasulullah ﷺ melakukan apa yang kamu lihat aku lakukan". Al-Bukhari.

PENGAJARAN RINGKAS:

Minum air sambil berdiri apabila perlu

PENJELASAN:

Hadis ini adalah tentang Rasulullahصَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ minum air sambil berdiri. Ia diriwayatkan oleh An-Nazzal bin Sabrah yang melihat Ali bin Abu Talib melakukan perkara yang sama. Tindakan Rasulullahصَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ meminum air sambil berdiri adalah contoh untuk kita ikuti kerana ia menunjukkan kepada kita bahawa kita tidak seharusnya membuang masa dan tenaga untuk perkara yang tidak perlu. Kita harus menggunakan masa kita dengan bijak dan melakukan sesuatu dengan cepat supaya kita dapat menyelesaikan lebih banyak perkara dalam masa yang lebih singkat. Hadis ini juga mengajar kita untuk berhati-hati dengan tindakan kita dan bagaimana ia mempengaruhi orang lain di sekeliling kita. Kita harus sentiasa berusaha untuk melakukan apa yang betul dan menjadi contoh kepada orang di sekeliling kita supaya mereka juga dapat mendapat manfaat daripada perbuatan baik kita.



referensei:
In-book reference,
Vol. 7, Book 69, Hadith 519
Book 74, Hadith 41

USC-MSA web (English) reference

http://Sahih al-Bukhari 5615










 

Abdullah bin Busra رضي الله عنه

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ النَّبِيِّ الأُمِّيّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِ...

Most Reads