السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ النَّبِيِّ الأُمِّيّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلم
| [Foto Illustrasi] |
"Sang Penakluk AI-Ahwaz"
Salamah bin Qais al-Asyja'iرضي الله عنه
Suatu malam Khalifah Saiyidina Umar Ibn Al Khattab رضي الله عنه berkeliling di perkampungan Madinah agar para penduduk Madinah dapat tidur menutup kelopak mata mereka dengan perasaan aman clan nyaman. Saat ia sedang berkeliling di antara rumah dan pasar, terlintas di benaknya beberapa nama para sahabat Rasulullahصَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ yang dapat diminta menjadi komandan pasukan clan berangkat menuju Al-Ahwaz untuk menaklukkannya. Tidak lama kemudian, Khalifah Saiyidina Umar Ibn Al Khattab رضي الله عنه berseru, "Aku telah menemukannya... aku telah menemukannya, insya Allah!"
Keesokan paginya, Umar memanggil Salamah bin Qais al-Asyja'iرضي الله عنه dan berkata kepadanya, ''Aku mengangkatmu untuk menjadi komandan pasukan yang akan berangkat menuju Al-Ahwaz. Berangkatlah dengan nama Allah! Perangilah di jalan Allah orang yang kufur terhadap-Nya!
Jika kalian telah bertemu dengan musuh dari kelompok musyrikin, ajaklah mereka untuk masuk Islam. Jika mereka mau masuk Islam dan lebih memilih untuk tinggal di negeri mereka dan tidak turut serta bersama kalian dalam memerangi Salamah bin Qais al-Asyja'iرضي الله عنه kelompok musyrikin lainnya, mereka tidak berkewajiban apa-apa selain membayar zakat, dan mereka ticlak mempunyai hak dalam harta faraid• Jika mereka memilih untuk turut serta bersama kalian dalam berperang, maka mereka akan mendapatkan jatah fai' seperti kalian. Mereka juga memiliki kewajiban yang sama seperti kalian.
Jika mereka menolak Islam, maka suruhlah mereka untuk membayar jizyah2
• Jika mereka telah membayarkannya, maka biarkanlah mereka hidupd bebas!
Jagalah mereka dari serangan musuh. Janganlah kalian membebanidmereka clari batas kemampuan yang mereka miliki.
Jika mereka masih menolak, maka perangilah mereka, sebab Allah Subhanahu wa Ta'ala akan menjacli Penolong kalian dalam menghaclapidmereka.
Jika mereka berlinclung pacla sebuah benteng, lalu mereka memintadkalian untuk menggunakan hukum Allah dan Rasulullahصَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ, maka janganlahdkalian menuruti permintaan mereka. Sebab kalian ticlak mengerti apakahdhukum Allah dan Rasul-Nya yang sebenarnya.dJika mereka meminta kalian untuk kembali kepacla dzimmahd(tanggungan) Allah dan Rasulullahصَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ, janganlah kalian memberikan dzimmah Allah dan Rasulullahصَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِۦ وَسَلَّمَ. Akan tetapi berikanlah tanggungan kalian saja!
Jika kalian telah menang clalam peperangan, janganlah kalian kelewatdbatas! Jangan berkhianat! Janganlah menganiaya bangkai musuh clan jangandmembunuh anak-anak!"
Salamah menjawab, "Kami akan patuh clan menaatinya, ya Amirul Mukminin!" Lalu Khalifah Saiyidina Umar Ibn Al Khattab رضي الله عنه melepaskan Salamah bin Qais al-Asyja'iرضي الله عنه dengan kehangatan. la menggenggam erat tangan Salamah bin Qais al-Asyja'iرضي الله عنه. Umar pun berdoa clengan penuh kekhusyukan bagi Salamah.
I. Pai' adalah harta yang diperoleh kaum Muslimin dari rampasan perang.
2. Jizyah adalah harta yang diwajibkan oleh kaum Muslimin kepada ahli dzimmah untuk menjaga keselamatan mereka.
Umar menyadari betapa berat tugas yang ia berikan kepada Salamah bin Qais al-Asyja'iرضي الله عنه dan kepada para prajuritnya. Hal itu karena Al-Ahwaz adalah daerah pegunungan yang amat sukar untuk ditempuh dan memiliki benteng yang kokoh. Al-Ahwaz terletak antara Bashrah dan perbatasan Persia. Al-Ahwaz dihuni oleh para penduduk Kurdi yang gagah perkasa.
Kaum Muslimin tidak punya pilihan lain selain harus menaklukkan Kota tersebut dan menguasainya agar mereka dapat melindungi diri dari serangan Bangsa Persia terhadap Bashrah, dan menghalangi pasukan Persia untuk mengambil alih wilayah Bashrah sebagai pangkalan militer Persia sehingga akan mengganggu kesalamatan dan keamanan wilayah Irak.
Salamah bin Qais al-Asyja'iرضي الله عنه berjalan di barisan terdepan para prajuritnya untuk berjuang di jalan Allah. Baru saja mereka masuk perbatasan Al-Ahwaz, mereka langsung merasakan kekerasan alam dan cuaca Ahwaz. Para pasukan merasa beban mereka semakin berat saat mendaki pegunungan yang tinggi, mereka juga harus melewati rawa-rawa yang terus mengalir ke pantai.
Di samping itu, mereka juga menghadapi ular-ular serta kalajengking beracun yang terus hidup meski terlihat tertidur. Akan tetapi semangat Salamah bin Qais al-Asyja'iرضي الله عنه yang teguh beriman senantiasa menyemangati para prajuritnya. Sehingga segala kesulitan tadi terasa nikmat, dan segala kesedihan menjadi mudah.
Salamah bin Qais al-Asyja'iرضي الله عنه senantiasa memberikan nasehat kepada pasukannya sehingga membangkitkan kembali semangat mereka. Ia juga mengisi malam-malam mereka dengan keharuman semerbak Al-Qur' an. Maka para prajurit merasa mendapatkan sinar Al-Qur' an, merasa tenteram dengan segala kenikmatan, merasa nyaman meski segala beban dan penderitaan mereka alami.
Salamah bin Qais al-Asyja'iرضي الله عنه melaksanakan semua perintah Khalifah. Begitu ia berjumpa dengan penduduk Al-Ahwaz, ia langsung menawarkan mereka untuk masuk ke dalam agama Allah. Namun mereka menolak dan berpaling.
Salamah menyeru mereka untuk membayar jizyah, tapi mereka juga menolak dan membangkang. Maka pasukan Muslimin tidak punya pilihan lain selain melakukan peperangan melawan mereka. Mereka melakukannya sebagai jihad di jalan Allah dan mengharap pahala terbaik di sisi Allah.
Terjadilah peperangan yang amat sengit. Kedua pasukan melancarkan serangan yang amat keras yang jarang sekali peperangan sesengit itu terjadi dalam sejarah.
Tidak lama kemudian, usailah peperangan dengan kemenangan berada di pihak Muslimin yang berjuang menegakkan kalimat Allah, dan kekalahan ada di pihak musyrikin sebagai para musuh Allah.
Begitu peperangan usai, Salamah bin Qais al-Asyja'iرضي الله عنه segera membagikan harta ghanimah kepada para prajuritnya. Lalu Salamah menemukan sebuah perhiasan berharga. Ia berkeinginan untuk memberikan perhiasan tersebut kepada Khalifah Saiyidina Umar Ibn Al Khattab رضي الله عنه . Maka Salamah bin Qais al-Asyja'iرضي الله عنه berkata kepada para prajuritnya, "Perhiasan ini bila dibagikan kepada kalian, maka tidak akan begitu berarti. Apakah kalian mengizinkan bila perhiasan ini kita kirimkan kepada Amirul Mukminin?"
Mereka menjawab, "Baiklah!"
Kemudian Salamah bin Qais al-Asyja'iرضي الله عنه meletakkan perhiasan tersebut ke dalam sebuah kotak kecil. Lalu ia mengutus seorang prajurit dari kaumnya Bani Asyja' dan berpesan kepadanya, "Berangkatlah engkau dan budakmu ke Madinah!
Beritahukanlah kepada Amirul Mukminin tentang penaklukan ini. Berikanlah perhiasan ini sebagai hadiah kepadanya!" Pria Asyja'i yang diutus ini memiliki sebuah kisah dengan Khalifah Saiyidina Umar Ibn Al Khattab رضي الله عنه yang mengandung pelajaran berharga. Kita akan mempersilakan dia untuk menceritakan kisahnya.
Pria Asyja'i ini bercerita:
Aku dan budakku berangkat menuju Bashrah. Lalu kami membeli dua ekor kendaraan dengan uang yang diberikan oleh Salamah bin Qais al-Asyja'iرضي الله عنه kepada kami. Kedua hewan tadi kami isikan dengan semua perbekalan yang diperlukankan. Kemudian kami berangkat menuju Madinah. Sesampainya di sana, aku mencari-cari Amirul Mukminin dan aku dapati ia tengah berdiri sedang memberi makan kepada kaum Muslimin dan saat itu ia sedang berdiri dengan berpegang pada sebuah tongkat seperti seorang gembala.
Ia berjalan mengelilingi piring-piring besar sambil berkata kepada budaknya yang bernama Yarfa', "Ya Yarfa: tambahkan daging buat mereka. Ya Yarfa', tambahkan roti buat mereka. Ya Yarfa: tambahkan sayur buat mereka:'
Begitu aku menghampiri Amirul Mukminin, ia berkata kepadaku, "Duduklah!"
Kemudian aku duduk di tengah-tengah manusia, lalu aku disodorkan makanan dan aku pun memakannya. Begitu semua orang selesai makan, Khalifah Saiyidina Umar Ibn Al Khattab رضي الله عنه berkata, "Ya Yarfa', angkatlah piring-piring besar itu!"
Yarfa' mengangkat piring-piring tersebut dan aku membantunya. Saat Amirul Mukminin masuk ke dalam rumahnya, aku pun meminta izin untuk dipersilakan masuk, dan ia mengizinkan. Aku dapati Amirul Mukminin sedang duduk di atas bantal dari kumpulan bulu, ia bersandar di atas dua buah bantal terbuat dari kulit yang diisi oleh bulu. Kemudian ia melemparkan salah satunya kepadaku, kemudian aku duduk di atas bantal tersebut.
Di belakang tubuhnya terdapat sebuah tirai. Lalu ia menoleh ke arah tirai tersebut dan berkata, "Ya Ummu Kultsum, siapkanlah makanan untuk kami."
Aku berujar dalam diri, "Kira-kira makanan apa yang akan disiapkan khusus untuk Amirul Mukminin?!" Kemudian Ummu Kultsum memberikan sepotong roti dengan minyak yang ditaburi garam yang tidak merata.
Lalu Khalifah Saiyidina Umar Ibn Al Khattab رضي الله عنه menoleh ke arahku dan berkata, "Makanlah!" Aku pun melaksanakannya dan aku makan sedikit saja. Ia pun turut makan. Aku tidak pernah melihat orang yang memiliki cara lebih baik daripadanya saat makan.
Kemudian ia berkata, "Bawakanlah air untuk kami!" Maka penghuni rumahnya membawakan sebuah gelas untuknya yang berisikan minuman dari tepung jernih. Khalifah berkata, "Berikan minuman tersebut kepada orang ini terlebih dahulu!" Maka para orang tadi memberikan minuman tersebut kepadaku.
Aku pun mengambil gelas tersebut dan aku minum sedikit darinya, kerana tepung jernih milikku lebih wangi dan lebih berkualitas. Kemudian Khalifah Saiyidina Umar Ibn Al Khattab رضي الله عنه mengambilnya dan meminum dari gelas tersebut hingga ia merasa puas. Lalu ia berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah memberi kami makan sehingga merasa kenyang. Yang telah memberi kami minum, sehingga kami merasa tidak haus:'
Pada saat itu, aku menatapnya dan berkata, ''Aku membawa sebuah surat untukmu, wahai Amirul Mukminin:' Ia bertanya, "Dari mana?" Aku menjawab, "Dari Salamah bin Qais al-Asyja'iرضي الله عنه:' la langsung berseru, "Selamat datang untuk Salamah bin Qais al-Asyja'iرضي الله عنه, selamat datang bagi utusannya! Ceritakan kepadaku tentang pasukan Muslimin!"
Aku menjawab, "Sebagaimana yang engkau inginkan, wahai Amirul Mukminin. Mereka semua selamat, dan berhasil menang menghadapi para musuh mereka dan musuh Allah:'
Aku pun memberitahukan kepadanya tentang kemenangan. Aku memberitahukannya tentang kondisi pasukan Muslimin baik secara umum maupun terperinci.
Ia berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah memberi dan melebihkan, yang telah menganugerahkan dan memperbanyak!"
Kemudian ia bertanya, ''.Apakah engkau melewati Bashrah ?" Aku menjawab, "Ya, aku melewatinya wahai Amirul Mukminin:'
la bertanya, "Bagaimana kaum Muslimin di sana ?" Aku menjawab, "Semuanya baik-baik saja dengan rahmat Allah:' Ia bertanya, "Bagaimana harga barang-barang di sana?" Aku menjawab, "Harga barang di sana adalah yang paling murah:' Ia bertanya, "Bagaimana dengan daging di sana? Sebab daging adalah bak pepohonan bagi Bangsa Arab. Bangsa Arab tidak merasa damai kecuali mereka memiliki pepohonan:'
Aku menjawab, "Daging di sana amat banyak dan berkecukupan:' Kemudian ia melihat kotak kecil yang aku bawa, lalu bertanya, "Apa yang engkau bawa di tanganmu itu?!"
Aku menjawab, "Saat Allah memberikan kemenangan kepada kami saat menghadapi musuh, kami pun mengumpulkan harta ghanimah. Lalu Salamah bin Qais al-Asyja'iرضي الله عنه melihat sebuah perhiasan. Salamah bin Qais al-Asyja'iرضي الله عنه berkata kepada semua prajurit, 'Perhiasan ini bila dibagikan kepada kalian maka akan menjadi tidak berarti. Apakah kalian mengizinkan jika perhiasan ini aku kirimkan kepada Amirul
Mukminin ?' Para prajurit menjawab, 'Baiklah!"'
Kemudian aku memberikan kotak kecil tersebut kepada Khalifah Saiyidina Umar Ibn Al Khattab رضي الله عنه.
Begitu ia membukanya dan melihat batu-batu mulia yang bertahta di perhiasan tersebut dengan berbagai warna, merah, kuning dan hijau, ia langsung melompat dari tempat duduknya. Lalu ia menjulurkan tangannya di hadapanku. Ia mencampakkan kotak kecil tadi ke tanah, maka berhamburanlah semua yang ada di dalamnya tercerai-berai. Para wanita yang ada di dalam rumah menduga bahwa aku berniat membunuh Khalifah. Semua wanita tadi berdatangan ke arah tirai.
Kemudian Khalifah Saiyidina Umar Ibn Al Khattab رضي الله عنه menatapku dan berkata, "Kumpulkan perhiasan itu!" Ia juga berkata kepacla buclaknya, "Pukullah dan sakiti dia!" Aku pun mengumpulkan isi kotak kecil yang berhamburan, sementara Yarfa' memukuliku.
Kemudian Khalifah Saiyidina Umar Ibn Al Khattab رضي الله عنه berkata, "Berdirilah dengan cara yang tidak terhormat, baik engkau maupun sahabatmu!" Aku berkata, "Tolong kembalikan hewan tungganganku yang akan membawa aku dan budakku ke Al-Ahwaz. Budakmu telah mengambil hewan tersebut dariku:' Khalifah berkata kepada Yarfa', "Berikan kepadanya dua unta tunggangan dari harta seclekah untuk dia dan budaknya!"
Kemudian ia berkata kepadaku, "Jika engkau telah merasa tidak memerlukannya lagi dan engkau mendapati ada orang yang lebih memerlukannya daripadamu, maka berikanlah kedua unta tadi kepadanya!" Aku menjawab, "Baik, akan aku lakukan ya Amirul Mukrninin, insya Allah!"
Lalu Khalifah menatapku sambil berkata, "Demi Allah, jika para prajurit sudah berpisah sebelum perhiasan ini dibagikan kepacla mereka, maka aku sendiri yang akan mematahkan tulang punggungmu dan sahabatmu itu!"
Maka aku pun segera berangkat sehingga aku menemui Salamah dan aku berkata, "Tiada keberkahan Allah atas tugas yang engkau berikan kepadaku. Bagikanlah perhiasan ini kepacla para prajurit sebelum sebuah musibah bakaI terjadi kepadaku dan kepadamu!"
Aku pun menceritakan kisahku kepadanya. Ia tidak meninggalkan majelisnya sebelum ia membagikan perhiasan tersebut kepada para prajurit.
Perperangan Al Ahwaz:
Perang Al-Ahwaz" merujuk kepada beberapa peristiwa sejarah dan konflik, tetapi yang paling menonjol dalam sejarah awal Islam ialah Penaklukan Al-Ahwaz oleh tentera Muslimin bawah pimpinan : Salamah bin Qais a l -Asyja'i رضي الله عنه
| [Perang Al Ahwaz, yang berlaku pada 637H, kini menjadi sebahagian wilayah Iran, Penduduk Al Ahwaz sejak lama adalah bangsa Arab bukan Parsi. Hingga kini masih dibawah Iran - Farsi] |
Berikut adalah butiran mengenai peristiwa tersebut:
Bila berlaku: Peristiwa ini berlaku pada tahun 17 Hijrah (bersama kira-kira 637 Masihi) semasa era Khalifah Umar bin Al-Khattab, di bawah Khilafah Rasyidin.
Pihak yang terlibat: Ia adalah pertempuran antara pasukan Muslimin dan tentera Empayar Parsi Sasanian.
Lokasi: Pertempuran berlaku di utara wilayah Kufah (kini di timur Iraq), di kawasan yang dikenali sebagai Ahwaz (atau Khuzestan di Iran moden).
Konteks: Penaklukan ini berlaku selepas pertempuran utama yang lain, iaitu Pertempuran Qadisiyah dan Pengepungan Madain, sebagai sebahagian daripada kempen penaklukan Parsi oleh tentera Muslim.
| [Foto Illustrasi] Peperangan Al Azwah-] |
Hadith Riwayat : Salamah Ibn Al Qais :
Diriwayatkan oleh: Salamah ibn Qays Daripada Sunan at-Tirmidhi (Jami-al-Tirmidhi)
Hadis No: 27
Diriwayatkan/Otoriti Salamah ibn Qays
Disenaraikan dalam: Taharah (Bersuci)
berkata bahawa Rasulullah (SAW) bersabda, "Apabila kamu berwuduk, hidulah air dan kumur-kumur.
Referensi:
Untuk mengenal lebih jauh profil Salamah bin Qais al-Asyja'i silakan
melihat:
1. Mu'jam al-Buldan: 1/284 dalam pembahasan Al-Ahwaz.
2. Al-Isti'ab (dengan hamisy al-Ishabah): 2/89.
3. Tahdzib at-Tahdzib: 4/ 154.
4. Al-Ishabah: 2/67.
5. Hayatush Shahabah: 1/341.
6. Usdul Ghabah: 2/432.



